Kesalahan Umum Menulis Berita (1)

Catatan Seri Jurnalisme Dakwah

Membaca berita mungkin sudah menjadi aktivitas keseharian kita. Tapi, ketika diminta untuk menulis berita terkadang kita kesulitan untuk memulai dari mana dan bagaimana caranya. Kesulitan ini terjadi karena kurangnya latihan, selain tentu saja kurangnya pengetahuan tentang teknik menulis berita yang baik.

Dalam catatan kali ini saya akan mengungkapkan beberapa kesalahan umum yang sering dilakukan oleh para calon jurnalis ketika mereka menulis berita. Catatan ini diperoleh setelah memperhatikan dan membaca dengan cermat tulisan berita yang dikumpulkan oleh mahasiswa KPI Semester tiga yang mengikuti mata kuliah Jurnalisme Dakwah yang saya ampu.

Para mahasiswa tersebut sengaja saya beri tugas untuk liputan langsung kegiatan Idul Adha dan kurban di kampungnya masing-masing. Mereka tidak diberikan penjelasan secara langsung tentang teknik menulis berita. Hanya instruksi yang saya berikan, agar mereka menggunakan instingnya untuk meliput berita berdasarkan penilaian mereka peristiwa tersebut memiliki nilai berita untuk dipublikasikan. Saya mengajak mereka untuk belajar sambil melakukan (learning by doing). Melalui cara ini mereka akan belajar dari kesalahan.

Kesalahan dalam penulisan berita oleh mahasiswa tentu perlu dibongkar sehingga mereka tidak akan mengulangi lagi kesalahan yang sama dalam liputan berita berikutnya. Dengan demikian mereka juga akan mendapatkan wawasan untuk membuat berita lebih baik.

Dalam tulisan ini saya akan mengungkapkan beberapa kesalahan umum dalam menulis berita. Pada bagian ini saya akan menyoroti tulisan mahasiswa dari aspek penulisan judul berita.

1. Penggunaan Huruf Kapital di Judul Berita
Salah satu kesalahan terbesar dalam menulis berita adalah keteledoran untuk memperhatikan tanda baca, termasuk huruf kapital. Salah satu aturan penting menulis berita adalah tidak boleh menggunakan huruf kapital untuk judul berita, contohnya:
MEROSOTNYA EKONOMI, KURBAN DI DESA NAGRAK MENGALAMI PENURUNAN 
WARGA KAMPUNG DUSUN PUHUN BERHARAP ADANYA PEMBAGIAN DAGING QURBAN  
TRADISI QURBAN DI KAMPUNG LEBAK LAME  
MENINGKATNYA MUZAKKI DI DKM NURUL QOLBI   
PERISTIWA SAAT SHALAT IED
MUHAMMADIYAH LEBIH AWAL MELAKSANAKAN SHALAT IDUL ADHA 1436 H DARI PENETAPAN PEMERINTAH

Huruf kapital bisa diartikan sebagai tanda kemarahan. Jadi judul berita dengan menggunakan huruf kapital bisa diartikan bahwa penulis sedang marah. Ini tentu tidak sesuai dengan maksud berita tersebut ditulis bukan?

2. Penggunaan Huruf Kecil di Judul Berita

Berbeda dengan kesalahan di atas, wartawan yang menuliskan judul berita dengan menggunakan huruf kecil semua menandakan bahwa ia tidak memahami kaidah penulisan berita. Contoh judul berita ini seperti:
malam idul adha tanpa kebisingan di maja
malam idul adha komplek cibiru raya 
lunturnya budaya idul adha 
ikhtilaf penetapan idul adha
3. Salah Penulisan di Judul Berita

Salah satu kesalahan terbesar wartawan lainnya adalah malas mengedit. Apalagi kesalahannya dilakukan dalam penulisan judul berita. Pembaca akan sangat terganggu dengan judul berita yang salah. Alih-alih mereka akan membaca isi berita, membaca judul berita saja mereka sudah malas.

Sebenarnya ada editor atau redaktur berita yang akan memberikan koreksi dalam kesalahan penulisan ini. Namun, jangan menambah kerja editor atau redaktur dengan hal-hal yang sepele seperti ini. Tugas mereka sudah cukup berat untuk memperhatikan dan mengedit isi berita agar sesuai dengan visi misi media. Jadi jangan malas untuk membaca kembali judul dan mengkoreksinya bila salah. Ini contohnya :

ARISAN QURBAN ,EMJADI SOLUSI WARGA 
IDUL ADAH MEMBAWA BERKAH BAGI PEDAGANG TUSUK SATE
 4. Tidak Ada Judul Berita

Judul berita adalah rukunnya penulisan berita. Bila tidak ada judul maka berita tersebut tidak jelas, dan dipastikan tidak layak untuk dijadikan berita. Beberapa mahasiswa masih menganggap bahwa tugas liputan berita ini tidak jauh berbeda dengan tugas membuat makalah, jadi mereka tidak memperhatikan unsur penting dari berita ini.
Ada juga yang menuliskan judul berita dengan tugas kuliah. Misalnya :
Berita tentang Lebaran Idul Adha  
JURNALISME DAKWAH 
Berita yang tidak memberikan judul atau memberi judul tapi dengan kata "tugas kuliah"  dipastikan tidak akan dimuat. Jadi perhatikan dengan baik hal ini, bila tulisannya ingin dimuat.

5. Berita Terlalu Panjang

Ada mahasiswa yang karena begitu bersemangatnya membuat berita sampai dalam judul berita dimasukkan semua unsur berita di dalamnya. Ada juga mereka yang menuliskan judul berita dengan kata-kata yang tidak perlu. Misalnya :

Naik nya harga daging sapi tidak membuat masyarakat Rengasdengklok berhenti dari tradisi saat idul Adha  
MUHAMMADIYAH LEBIH AWAL MELAKSANAKAN SHALAT IDUL ADHA 1436 H DARI PENETAPAN PEMERINTAH  
Tiket tidak hanya untuk masuk bioskop, untuk mengambil sebungkus daging qurban pun ada tiketnya ternyata... 
WARGA KAMPUNG DUSUN PUHUN BERHARAP ADANYA PEMBAGIAN DAGING QURBAN  
Pelaksanaan Shalat Idul Adha di Masjid Ikomah UIN SGD BDG 1436 
Libur Idul Adha, Wisata Pemandian Air Panas di Cipanas, Garut Ramai Pengunjung
Judul-judul di atas bila dikoreksi, akan didapatkan judul yang lebih baik, lebih efektif, lebih ringkas, namun tetap mencerminkan isi berita. yaitu:
Harga Sapi Naik, Masyarakat Rengasdengklok Tetap Berkurban 
Muhammadiyah Lebih Awal Shalat Idul Adha 
Ternyata, Dapat Kurban pun Harus Punya Tiket 
Warga Kampung Dusun Puhun Berharap Daging Kurban 
Shalat Idul Adha di Masjid Ikomah UIN Bandung 
Libur Idul Adha, Wisata Cipanas Garut Ramai Pengunjung

Demikian beberapa kesalahan umum yang sering dilakukan oleh calon wartawan ketika menulis judul berita. Semoga ini bisa menjadi catatan perbaikan untuk liputan berita berikutnya yang lebih baik.
Nantikan tulisan berikutnya tentang kesalahan umum menulis berita di catatan ini. Jangan lupa terus berlatih. Semoga bermanfaat.


Cijambe Ujung Berung,
Penghujung malam 30 Sept 2015

Tidak ada komentar

© Dakwahpos 2024