Oleh : Hanifa Nurfadilah
Terkuaknya Kasus Dwi Hartanto, kasus ini sangat disayangkan mengingat ia adalah mahasiswa doktoral di Technische Universiteiet Deflt Belanda. Yang telah di gadang-gadang akan menjadi the next Habibie. Namun mirisnya ia telah terbukti dan mengaku memberikan informasi yang tidak benar terkait dengan pribadi, kompetisi dan prestasinya, karena kebohongannya itu menyebabkan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Den Haag mencabutnya penghargaannya.
Kasus ini menjadi bahan cerimanan untuk setiap ilmuan atau bahkan generasi Indonesia yang ingin memajukan Negara Indonesia, kasus berbohongnya Dwi Hartanto berdampak negatif kepada dirinya dan Negara indonesia. Kebohongan-kebohongan seperti ini bisa terjadi karena kurangnya prinsip kepercayaan diri terhadahap kemampuan diri sendiri dan terlalu berambisi untuk mendapatkan penghargaan atau penghormatan dari orang lain.
Seharusnya kita tidak boleh teralalu berambisi untuk mendapatkan penghormatan dari orang lain sehingga membutakan mata kita dengan melakukan berbagai kebohongan sehingga akan berdampak negatif di kemudian hari. Sebenarnya ada cara untuk menghargai kemampuan diri kita yakni dengan terus berusaha memaksimalkan kemampuan tanpa harus mengada-mengada hanya untuk unjuk gigi di hadapan dunia bahwa kita memiliki segudang kemampuan. Pasalnya, seiring dengan kemantapan potensi kita maka dengan sendirinya duniapun akan mengakuinya.
Kini Dwi Hartanto telah meminta maaf kepada semua pihak yang telah dirugikan, seperti yg tertulis di surat klarifikasi dan permohonan maaf yang diterima di Jakarta (8/10/2017). Permintaan maafnya itu, sebaiknya kita hargai dengan berhenti menghujat Dwi Hartanto karena sebenarnya ia memiliki kemampuan juga, jangan terlalu fokus pada kesalahannya, biarkan dia menjalankan kehidupan barunya yang lebih baik sebagaimana Hak Asasi Manusia. Maka dari kasus ini kita belajar bahwa nilai kejujuran sangat berharga dengan begitu diharapkan kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi.
Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Tidak ada komentar
Posting Komentar