Kilas Balik 10 Muharam Ungkap Sejarah dan Pesan Kehidupan


Dakwahpos.com, Bandung - Bulan Muharam menjadi bulan pembuka dalam penanggalan umat Islam. Dalam konsepsi budaya lokal Indonesia, bulan ini dikenal dengan sebutan bulan Sura, khususnya bagi masyarakat sunda dan jawa. Memasuki bulan Sura berarti menyambut kedatangan tahun baru, bulan dengan banyak catatan sejarah khususnya bagi umat Islam. 

Dalam suasana tahun baru Islam, Ustaz Yayan Khoirul Anwar dalam ceramahnya di pengajian yang diadakan oleh DKM Nurul Amal, menyinggung terkait tradisi yang terintegrasi dengan budaya masyarakat muslim nusantara, dalam rangka menyambut tahun baru Islam. Ia juga menjelaskan terkait fakta peristiwa bersejarah yang melatar belakangi disucikannya bulan Muharam.

"Muharam salah satu bulan dari 12 bulan dalam kalender Hijriah. Kebanyakan masyarakat itu tidak hapal bulan-bulan Hijriah. Bulan Muharam itu salah satu bulan suci, kenapa bulan ini disucikan karena di bulan Muharam terdapat larangan untuk berperang ." Jelasnya. Kamis (20/09/2018)

Selain Muharam, dalam Islam terdapat empat bulan lainnya yang disucikan yakni bulan Dzulqaidah, Dzulhijjah serta Rajab. Pengharaman untuk melakukan peperangan bukan hanya di bulan Muharram, tetapi juga ketiga bulan suci lainnya. Ustaz Yayan juga menambahkan bahwa keberadaan tiga bulan suci tersebut juga disepakati dan mendapatkan pengaminan dari agama samawi lainnya.

Selain itu, keberadaan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada bulan Muharam menambah keistimewaan bulan ini, utamanya pada hari ke sepuluh atau yang sering disebut hari Asyura. Melansir dari laman nu.or.id beberapa peristiwa penting umat Islam terjadi pada hari Asyura, diantaranya ialah berlabuhnya kapal nabi Nuh dengan selamat setelah banjir bandang yang melanda kaumnya, juga peristiwa bersejarah nabi Musa saat lolos dari kejaran Firaun. 

Terkait hari Asyura yang menyimpan banyak sisi bersejarah, salah satu warga yang juga hadir pada pengajian tersebut, Suripto menceritakan bahwa hari Asyura biasanya disambut dengan membuat bubur dan beberapa masyarakat berpuasa sebagai bukti rasa syukur.

"Biasanya kalau asyura gini itu orang-orang puasa, biasanya juga membuat bubur merah putih. Tradisi kayak gitu yah seperti yang dijelaskan ustaz Yayan bahwa tradisi itu tidak lepas dari sejarah yang diceritakan. Tapi kebanyakan sekarang itu orang-orang cuman puasa aja, udah jarang orang bikin bubur nggak seperti dulu." Ujarnya, Kamis (20/09/2018)

Pengajian malam Jumat telah menjadi agenda rutin yang diadakan oleh pengurus DKM masjid. Kebanyakan dari yang hadir ialah masyarakat sekitar masjid atau lintas RT bahkan RW. Biasanya masyarakat berduyun-duyun datang ke pengajian setelah melaksanakan ibadah salat isya, sekitar pukul 20.00 sampai satu atau dua jam berikutnya.

Reporter: Abdul Azis Said/KPI 3 A

Tidak ada komentar

© Dakwahpos 2024