Oleh : Nasrul Fuady
LOMBA ESSAY
KOMPETISI KARYA TULIS MAHASISWA
PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM (PTKI) 2018
Tema:
MODERASI ISLAM UNTUK PERADABAN DAN KEMANUSIAAN
JUDUL ESSAY
Beberapa masalah dalam pendidikan islam modrenisasi
DISUSUN OLEH:
Nasrul Fuady Z.A
(1174020111)
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018
Beberapa masalah dalam pendidikan islam modrenisasi
Dalam era modren sekarang kita merasa semakin menjauh dari agama kita tesendiri terutama pada kalangan remaja sekarang. Bahkan pada zaman sekarang banyaknya masyarakat remaja terbawa arus modrenisasi yang dapat melalaikan bahkan melupakan kewajiban mereka terhadap agama mereka.
Hampir setiap remaja sekarang disibukkan oleh kemajuan teknologi baik itu berupada elektronik maupun media sosial. Sampai-sampai dengan kesebukan mereka sosialisasi antar mereka mulai pudah dikarenakan sebuk akan gadge mereka.
Bahkan saya pun meresakan hal demikian di saat berkumpul bersama dalam suatu acara. Hanya kata hay yang dilontarkan kepada saya dan setelah itu mereka sibuk dengan handphone mereka. Ini membuat suasa menjadi canggung tanpa ada percakapan. Padahal dalam islam menjali seraturahmi antar sesama muslim adalah wajib, karna handphone mereka rela mengabaikan orag di sekitar mereka.
Itulah salah satu contoh pengaruh modrenisasi di kalangan remaja umat islam. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari itu telah mejadi kebiasaan bagi remaja sekarang. Dengan demikian kita harus memerhatikan lagi lah-hal yang berkaitan besosialisasi dalam era globalisasi sekarang.
Dalam mengatasinya kita harus kembali kepada jalan yang benar dengan mengetahui perkembangan islam di era modren yang berkaitan dengan pendidikan islam. Pendidikan Islam adalah salah satu sarana untuk menyiapkan masyarakat muslim yang benar-benar mengerti tentang Islam. Maka, seorang pendidik mempunyai kewajiban untuk menyampaikan ilmu. Pendidikan Islam berbeda dengan pendidikan lainnya, dalam Pendidikan Islam hanya berpusat pada nilai – nilai keislaman, terbentuknya akhlak seseorang dan ketaatan kepada Allah.
Hal ini bukan yang murah dalam mendidik masyarakat terutama remaja dalam menanamkan nilai-nilai keislaman. Bahkan kita terkadang terkendala akan sumber daya manusia yang berkompeten mengenai cara mendidik masyarakat yang efektif. Jumlah tersebut tidak di dukung dengan adanya kualitas, kekompakan dan loyalitas antar umat Muslim. Karena mereka masih sibuk akan urusannya sendiri dan mereka juga berkutat untuk memperkaya dirinya maupun anggotanya tanpa memikirkan kesejahteraan umat Muslim lainnya.
Saat ini Pendidikan Islam sendiri berfungsi untuk landasan dan sarana untuk membentuk moralitas umat Muslim di masa depan. Moralitas pada masa depan sangatlah penting, agar tidak terjadi kekacauan yang nantinya akan merusak martabat bangsa.
Seiring perjalanan sejarah, pendidikan Islam dari tahun ke tahun semakin mengalami perkembangan. Apalagi setelah muncul dua organisasi besar Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama (NU). Kedua organisasi ini bergerak dalam bidang dakwah melalui pendidikan, ada yang dengan sistem klasik dan ada yang modern. Walaupun jalan yang ditempuh oleh kedua organisasi ini dalam mengembangkan pendidikan Islam berbeda, akan tetapi tetap tujuan utamanya sama, yaitu sama-sama ingin menjadikan Islam tetap berkembang di Indonesia melalui cara-cara yang menurut masing-masing biasa dilakukan.
Di zaman modern ( abad ke-19 sampai dengan sekarang ) hubungan Islam dengan dunia Eropa dan Barat terjadi lagi. Pada zaman ini timbul kesadaran dari umat Islam untuk membangun kembali kejayaannya dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan peradaban melalui berbagai lembaga pendidikan, pengkajian, dan penelitian. Umat Islam mulai mempelajari berbagai kemajuan yang dicapai oleh Eropa dan Barat, dengan alasan bahwa apa yang dipelajari dari Eropa dan Barat itu sesungguhnya mengambil kembali apa yang dahulu dimiliki umat Islam.
Modernitas sendiri berasal dari perkataan "modern" yang berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan masa kini. Lawan dari modern adalah kuno, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan masa lampau. Jadi modernitas adalah suatu pandangan dan sikap hidup dalam menghadapi kehidupan masa kini.
Untuk mengikuti perkembangan itu, maka pendidikan Islam harus diarahkan pada kebutuhan perubahan masyarakat modern. Pendidikan Islam perlu didesain untuk menjawab tantangan perubahan zaman tersebut, baik pada sisi konsepnya, kurikulum, kualitas sumberdaya insaninya, lembaga-lembaga dan organisasinya, serta mengkonstruksinya agar dapat relevan dengan perubahan masyarakat .
Akan tetapi dalam menghadapi masalah tersebut, Pendidikan Islam belum mampu menempatkan dirinya pada posisi yang strategis. Dampaknya umat Islam sampai sekarang belum bisa berharap banyak akan munculnya nuansa kreasi baru dan inovasi – inovasi 'spektakuler' yang dihasilkan dari lembaga pendidikan Islam.
Seorang Muslim yang memahami karakteristik kehidupan modern diharapkan dapat melaksanakan ajaran agamanya tanpa dihantui rasa cemas, takut, gusar, gelisah, atau perasaan bersalah sehingga tidak memunculkan sikap fundamentalis eksklusif. Modernitas tidak perlu dihindari karena pada dasarnya tidak bisa dipungkiri bahwa modernisasi memiliki peluang sekaligus tantangan bagi kemajuan agama Islam.
Tantangan pendidikan Islam di zaman modern ini menurut Daniel Bell saat ini keadaan dunia ditandai oleh lima kecenderungan yaitu :
1) Kecenderungan integrasi ekonomi yang menyebabkan terjadinya persaingan bebas dalam dunia pendidikan.
Karena menurut mereka, dunia pendidikan juga termasuk diperdagangkan , maka dunia pendidikan saat ini juga dihadapkan pada logika bisnis. Munculnya konsep pendidikan yang berbasis pada sistem dan infrastruktur , manajemen berbasis mutu terpadu (Total Quality Management / TQM) , Inter –preneur University dan lahirnya Undang – Undang Badan Hukum Pendidikan (BHP) tidak lain, karena menempatkan pendidikan sebagai komoditas yang diperdagangkan. Penyelenggaraan pendidikan saat ini tidak hanya ditujukan untuk mencerdaskan bangsa , memberdayakan manusia atau mencetak manusia yang saleh, melainkan untuk menghasilkan manusia-manusia yang Economic minded, dan penyelenggaraannya untuk mendapatkan keuntungan material.
2) Kecenderungan fragmentasi politik yang menyebabkan terjadinya peningkatan tuntutan dan harapan dari masyarakat. Kecenderungan ini terlihat dari adanya pengelolaan manajemen pendidikan yang berbasis sekolah (school based management), pemberian peluang kepada komite atau majelis sekolah / madrasah untuk ikut dalam perumusan kebijakan dan program pendidikan, pelayanan proses belajar mengajar yang lebih memberikan peluang dan kebebasan kepada peserta didik, yaitu model belajar mengajar yang partisipatif, aktif, inovatif, kreaatif, efektif dan menyenangkan.
3) Kecenderungan penggunaan teknologi canggih (sofisticated technology) khususnya Teknologi Komunikasi dan Informasi (TKI) seperti komputer. Kehadiran TKI ini menyebabkan terjadinya tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan cepat, transparan, tidak dibatasi waktu dan tempat. Teknologi canggih ini juga telah masuk ke dalam dunia pendidikan , seperti pelayanan administrasi pendidikan, keuangan, proses belajar mengajar. Melalui TKI ini para peserta didik atau mahasiswa dapat melakukan pendaftaran kuliah atau mengikuti kegiatan belajar dari jarak jauh (distance-learning). Sementara itu , peran dan fungsi tenaga pendidik juga bergeser menjadi semaacam fasilitator, katalisator, motivator, dan dinamisator. Peran pendidikan saat ini tidak lagi sebagai satu-satunya sumber pengetahuan (agent og knowledge). Keadaan ini pada gilirannya mengharuskan adanya model pengelolaan pendidikan yang berbasis Teknologi Komunikasi dan Informasi (TKI).
4) Kecenderungan interdependency (kesalingtergantungan), yaitu suatu keadaan dimana seseorang baru dapat memenuhi kebutuhannya apabila dibantu oleh orang lain. Ketergantungan ini juga terjadi di dunia pendidikan, adanya badan akreditasi pendidikan baik pada tingkat nasional maupun internasional, selain dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pendidikan, juga menunjukkan ketergantungan lembaga pendidikan terhaadap pengakuan dari pihak eksternal. Demikian pula munculnya tuntutan dari masyarakat agar peserta didik memiliki ketrampilan dan pengalaman praktis, menyebabkan dunia pendidikan membutuhkan atau tergantung pada peralatan praktikum dan magang. Selanjutnya, kebutuhan lulusan pendidikan terhadap lapangan pekerjaannya, menyebabkan ia bergantung kepada kalangan pengguna lulusan.
5) Kecenderungan munculnya penjajahan baru dalam bidang kebudayaan (new colonization in culture) yang mengakibatkan terjadinya pola pikir (mindset) masyarakat pengguna pendidikan, yaitu dari semula mereka belajar dalam rangka meningkatkan kemampuan intelektual, moral, fisik dan psikisnya, berubah menjadi belajar untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang besar. Tidak hanya itu, kecenderungan penjajahan baru dalam bidang kebudayaan juga telah menyebabkan munculnya budaya pop atau budaya urban, yaitu budaya yang serba hedonistik, materialistik, rasional, ingin serba cepat, praktis, pragmatis dan instan. Kecenderungan budaya yang demikian itu menyebabkan ajaran agama yang bersifat normatif dan menjanjikan masa depan yang baik (diakhirat) kurang diminati. Mereka menuntut ajaran agama yang sesuai dengan budaya urban. Dalam demikian , tidak mengherankan jika penyampaian tentang agama yang disajikan secara normatif dan konvensional menjadi tidak menarik dan ketinggalan zaman. Keadaan ini mengharuskan para narasumber ataupun ustad-ustad atau ahli agama untuk melakukan reformulasi, reaktualisasi, dan kontekstualisasi terhadap ajaran agama, sehingga ajaran agama tersebut akan terasa efektif dan transformatif.
Ini kakan menjadi PR berat untuk kita bahkan untuk masyarakat bersama mengenai hal problematika yang terjadi sekarang. Harus adanya beberapa pihak yang terkait untuk mengatasi ini seperti dari kalangan keluarga berupa orang uta yang selalu memantau selalu anaknya agar tidak terjerumus kepada hal yang dapat menininggal agama. Bahkan orang uta bisa ambil alih tentang mendidik anaknya dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan sebab orang tua dalah kolompok orang yang paling dekat terhadap anak-anaknya.
Di kalangan masyarakat mereka bisa membuka atau seminar yang dapat menarik kalangan masyarakat terutama remaja untuk berpartisipasi dan ikuk dalam acara tersebut yang mana berisi hal-hal yang berkaitam masal-masal yang terjadi di kalangan masyarakat dan solusi-solusi dalam mengatasi dan membatasi sesuatu yang dapat meninggalkan agama mereka.
Bahkan pemerintah pun dapat ikut berpartisipasi dalam kegiatan mendidik masyarakar dengan mengadakan penyuluhan ke bergabai daerah dengan melakukan berbai kegiatan seperti pengajian, seminar bahkan bisa mengadakan bakti sosial yang dapat melibatkan mereka secara langsung dengan menyelipkanj berbagai nilai-nilai pendidikan islam kepada mereka.
Maka dengan demikian akan banyak perubahan yang terjadi pada Pendidikan Islam di era modern ini. Kita sebagai calon pendidik atau sebagai yang akan di didik harus mempunyai kemampuan untuk menciptakan suatu inovasi atau pergerakan agar memiliki akhlak yang baik dan mengenal adanya Allah. Kualitas SDM seorang pengajar juga sangat di perhitungkan, karena narasumber atau ustad-ustad yang profesional akan menciptakan masyarakat yang hebat, yang nantinya akan menjadi seorang Muslim yang sejati.
Referensi
http://musdah-mulia.blogspot.com/2016/11/pentingnya-pendidikan-islam.html ( Diakses pada 23 nov 2016)
https://www.unisba.ac.id/index.php/id/illustrations/item/88-peranan-akhlak-dalam-kehidupan-seorang-muslim ( Diakses pada 17 Nov 2018)
Ahmad Syaukani, 2001, Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam, Bandung: Pustaka Setia.
Yusran Asmuni, 1998, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan Dalam Dunia Islam, Jakarta.
Abuddin Nata, 2013, Metodologi Studi Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada.
KOMPETISI KARYA TULIS MAHASISWA
PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM (PTKI) 2018
Tema:
MODERASI ISLAM UNTUK PERADABAN DAN KEMANUSIAAN
JUDUL ESSAY
Beberapa masalah dalam pendidikan islam modrenisasi
DISUSUN OLEH:
Nasrul Fuady Z.A
(1174020111)
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018
Beberapa masalah dalam pendidikan islam modrenisasi
Dalam era modren sekarang kita merasa semakin menjauh dari agama kita tesendiri terutama pada kalangan remaja sekarang. Bahkan pada zaman sekarang banyaknya masyarakat remaja terbawa arus modrenisasi yang dapat melalaikan bahkan melupakan kewajiban mereka terhadap agama mereka.
Hampir setiap remaja sekarang disibukkan oleh kemajuan teknologi baik itu berupada elektronik maupun media sosial. Sampai-sampai dengan kesebukan mereka sosialisasi antar mereka mulai pudah dikarenakan sebuk akan gadge mereka.
Bahkan saya pun meresakan hal demikian di saat berkumpul bersama dalam suatu acara. Hanya kata hay yang dilontarkan kepada saya dan setelah itu mereka sibuk dengan handphone mereka. Ini membuat suasa menjadi canggung tanpa ada percakapan. Padahal dalam islam menjali seraturahmi antar sesama muslim adalah wajib, karna handphone mereka rela mengabaikan orag di sekitar mereka.
Itulah salah satu contoh pengaruh modrenisasi di kalangan remaja umat islam. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari itu telah mejadi kebiasaan bagi remaja sekarang. Dengan demikian kita harus memerhatikan lagi lah-hal yang berkaitan besosialisasi dalam era globalisasi sekarang.
Dalam mengatasinya kita harus kembali kepada jalan yang benar dengan mengetahui perkembangan islam di era modren yang berkaitan dengan pendidikan islam. Pendidikan Islam adalah salah satu sarana untuk menyiapkan masyarakat muslim yang benar-benar mengerti tentang Islam. Maka, seorang pendidik mempunyai kewajiban untuk menyampaikan ilmu. Pendidikan Islam berbeda dengan pendidikan lainnya, dalam Pendidikan Islam hanya berpusat pada nilai – nilai keislaman, terbentuknya akhlak seseorang dan ketaatan kepada Allah.
Hal ini bukan yang murah dalam mendidik masyarakat terutama remaja dalam menanamkan nilai-nilai keislaman. Bahkan kita terkadang terkendala akan sumber daya manusia yang berkompeten mengenai cara mendidik masyarakat yang efektif. Jumlah tersebut tidak di dukung dengan adanya kualitas, kekompakan dan loyalitas antar umat Muslim. Karena mereka masih sibuk akan urusannya sendiri dan mereka juga berkutat untuk memperkaya dirinya maupun anggotanya tanpa memikirkan kesejahteraan umat Muslim lainnya.
Saat ini Pendidikan Islam sendiri berfungsi untuk landasan dan sarana untuk membentuk moralitas umat Muslim di masa depan. Moralitas pada masa depan sangatlah penting, agar tidak terjadi kekacauan yang nantinya akan merusak martabat bangsa.
Seiring perjalanan sejarah, pendidikan Islam dari tahun ke tahun semakin mengalami perkembangan. Apalagi setelah muncul dua organisasi besar Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama (NU). Kedua organisasi ini bergerak dalam bidang dakwah melalui pendidikan, ada yang dengan sistem klasik dan ada yang modern. Walaupun jalan yang ditempuh oleh kedua organisasi ini dalam mengembangkan pendidikan Islam berbeda, akan tetapi tetap tujuan utamanya sama, yaitu sama-sama ingin menjadikan Islam tetap berkembang di Indonesia melalui cara-cara yang menurut masing-masing biasa dilakukan.
Di zaman modern ( abad ke-19 sampai dengan sekarang ) hubungan Islam dengan dunia Eropa dan Barat terjadi lagi. Pada zaman ini timbul kesadaran dari umat Islam untuk membangun kembali kejayaannya dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan peradaban melalui berbagai lembaga pendidikan, pengkajian, dan penelitian. Umat Islam mulai mempelajari berbagai kemajuan yang dicapai oleh Eropa dan Barat, dengan alasan bahwa apa yang dipelajari dari Eropa dan Barat itu sesungguhnya mengambil kembali apa yang dahulu dimiliki umat Islam.
Modernitas sendiri berasal dari perkataan "modern" yang berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan masa kini. Lawan dari modern adalah kuno, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan masa lampau. Jadi modernitas adalah suatu pandangan dan sikap hidup dalam menghadapi kehidupan masa kini.
Untuk mengikuti perkembangan itu, maka pendidikan Islam harus diarahkan pada kebutuhan perubahan masyarakat modern. Pendidikan Islam perlu didesain untuk menjawab tantangan perubahan zaman tersebut, baik pada sisi konsepnya, kurikulum, kualitas sumberdaya insaninya, lembaga-lembaga dan organisasinya, serta mengkonstruksinya agar dapat relevan dengan perubahan masyarakat .
Akan tetapi dalam menghadapi masalah tersebut, Pendidikan Islam belum mampu menempatkan dirinya pada posisi yang strategis. Dampaknya umat Islam sampai sekarang belum bisa berharap banyak akan munculnya nuansa kreasi baru dan inovasi – inovasi 'spektakuler' yang dihasilkan dari lembaga pendidikan Islam.
Seorang Muslim yang memahami karakteristik kehidupan modern diharapkan dapat melaksanakan ajaran agamanya tanpa dihantui rasa cemas, takut, gusar, gelisah, atau perasaan bersalah sehingga tidak memunculkan sikap fundamentalis eksklusif. Modernitas tidak perlu dihindari karena pada dasarnya tidak bisa dipungkiri bahwa modernisasi memiliki peluang sekaligus tantangan bagi kemajuan agama Islam.
Tantangan pendidikan Islam di zaman modern ini menurut Daniel Bell saat ini keadaan dunia ditandai oleh lima kecenderungan yaitu :
1) Kecenderungan integrasi ekonomi yang menyebabkan terjadinya persaingan bebas dalam dunia pendidikan.
Karena menurut mereka, dunia pendidikan juga termasuk diperdagangkan , maka dunia pendidikan saat ini juga dihadapkan pada logika bisnis. Munculnya konsep pendidikan yang berbasis pada sistem dan infrastruktur , manajemen berbasis mutu terpadu (Total Quality Management / TQM) , Inter –preneur University dan lahirnya Undang – Undang Badan Hukum Pendidikan (BHP) tidak lain, karena menempatkan pendidikan sebagai komoditas yang diperdagangkan. Penyelenggaraan pendidikan saat ini tidak hanya ditujukan untuk mencerdaskan bangsa , memberdayakan manusia atau mencetak manusia yang saleh, melainkan untuk menghasilkan manusia-manusia yang Economic minded, dan penyelenggaraannya untuk mendapatkan keuntungan material.
2) Kecenderungan fragmentasi politik yang menyebabkan terjadinya peningkatan tuntutan dan harapan dari masyarakat. Kecenderungan ini terlihat dari adanya pengelolaan manajemen pendidikan yang berbasis sekolah (school based management), pemberian peluang kepada komite atau majelis sekolah / madrasah untuk ikut dalam perumusan kebijakan dan program pendidikan, pelayanan proses belajar mengajar yang lebih memberikan peluang dan kebebasan kepada peserta didik, yaitu model belajar mengajar yang partisipatif, aktif, inovatif, kreaatif, efektif dan menyenangkan.
3) Kecenderungan penggunaan teknologi canggih (sofisticated technology) khususnya Teknologi Komunikasi dan Informasi (TKI) seperti komputer. Kehadiran TKI ini menyebabkan terjadinya tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan cepat, transparan, tidak dibatasi waktu dan tempat. Teknologi canggih ini juga telah masuk ke dalam dunia pendidikan , seperti pelayanan administrasi pendidikan, keuangan, proses belajar mengajar. Melalui TKI ini para peserta didik atau mahasiswa dapat melakukan pendaftaran kuliah atau mengikuti kegiatan belajar dari jarak jauh (distance-learning). Sementara itu , peran dan fungsi tenaga pendidik juga bergeser menjadi semaacam fasilitator, katalisator, motivator, dan dinamisator. Peran pendidikan saat ini tidak lagi sebagai satu-satunya sumber pengetahuan (agent og knowledge). Keadaan ini pada gilirannya mengharuskan adanya model pengelolaan pendidikan yang berbasis Teknologi Komunikasi dan Informasi (TKI).
4) Kecenderungan interdependency (kesalingtergantungan), yaitu suatu keadaan dimana seseorang baru dapat memenuhi kebutuhannya apabila dibantu oleh orang lain. Ketergantungan ini juga terjadi di dunia pendidikan, adanya badan akreditasi pendidikan baik pada tingkat nasional maupun internasional, selain dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pendidikan, juga menunjukkan ketergantungan lembaga pendidikan terhaadap pengakuan dari pihak eksternal. Demikian pula munculnya tuntutan dari masyarakat agar peserta didik memiliki ketrampilan dan pengalaman praktis, menyebabkan dunia pendidikan membutuhkan atau tergantung pada peralatan praktikum dan magang. Selanjutnya, kebutuhan lulusan pendidikan terhadap lapangan pekerjaannya, menyebabkan ia bergantung kepada kalangan pengguna lulusan.
5) Kecenderungan munculnya penjajahan baru dalam bidang kebudayaan (new colonization in culture) yang mengakibatkan terjadinya pola pikir (mindset) masyarakat pengguna pendidikan, yaitu dari semula mereka belajar dalam rangka meningkatkan kemampuan intelektual, moral, fisik dan psikisnya, berubah menjadi belajar untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang besar. Tidak hanya itu, kecenderungan penjajahan baru dalam bidang kebudayaan juga telah menyebabkan munculnya budaya pop atau budaya urban, yaitu budaya yang serba hedonistik, materialistik, rasional, ingin serba cepat, praktis, pragmatis dan instan. Kecenderungan budaya yang demikian itu menyebabkan ajaran agama yang bersifat normatif dan menjanjikan masa depan yang baik (diakhirat) kurang diminati. Mereka menuntut ajaran agama yang sesuai dengan budaya urban. Dalam demikian , tidak mengherankan jika penyampaian tentang agama yang disajikan secara normatif dan konvensional menjadi tidak menarik dan ketinggalan zaman. Keadaan ini mengharuskan para narasumber ataupun ustad-ustad atau ahli agama untuk melakukan reformulasi, reaktualisasi, dan kontekstualisasi terhadap ajaran agama, sehingga ajaran agama tersebut akan terasa efektif dan transformatif.
Ini kakan menjadi PR berat untuk kita bahkan untuk masyarakat bersama mengenai hal problematika yang terjadi sekarang. Harus adanya beberapa pihak yang terkait untuk mengatasi ini seperti dari kalangan keluarga berupa orang uta yang selalu memantau selalu anaknya agar tidak terjerumus kepada hal yang dapat menininggal agama. Bahkan orang uta bisa ambil alih tentang mendidik anaknya dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan sebab orang tua dalah kolompok orang yang paling dekat terhadap anak-anaknya.
Di kalangan masyarakat mereka bisa membuka atau seminar yang dapat menarik kalangan masyarakat terutama remaja untuk berpartisipasi dan ikuk dalam acara tersebut yang mana berisi hal-hal yang berkaitam masal-masal yang terjadi di kalangan masyarakat dan solusi-solusi dalam mengatasi dan membatasi sesuatu yang dapat meninggalkan agama mereka.
Bahkan pemerintah pun dapat ikut berpartisipasi dalam kegiatan mendidik masyarakar dengan mengadakan penyuluhan ke bergabai daerah dengan melakukan berbai kegiatan seperti pengajian, seminar bahkan bisa mengadakan bakti sosial yang dapat melibatkan mereka secara langsung dengan menyelipkanj berbagai nilai-nilai pendidikan islam kepada mereka.
Maka dengan demikian akan banyak perubahan yang terjadi pada Pendidikan Islam di era modern ini. Kita sebagai calon pendidik atau sebagai yang akan di didik harus mempunyai kemampuan untuk menciptakan suatu inovasi atau pergerakan agar memiliki akhlak yang baik dan mengenal adanya Allah. Kualitas SDM seorang pengajar juga sangat di perhitungkan, karena narasumber atau ustad-ustad yang profesional akan menciptakan masyarakat yang hebat, yang nantinya akan menjadi seorang Muslim yang sejati.
Referensi
http://musdah-mulia.blogspot.com/2016/11/pentingnya-pendidikan-islam.html ( Diakses pada 23 nov 2016)
https://www.unisba.ac.id/index.php/id/illustrations/item/88-peranan-akhlak-dalam-kehidupan-seorang-muslim ( Diakses pada 17 Nov 2018)
Ahmad Syaukani, 2001, Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam, Bandung: Pustaka Setia.
Yusran Asmuni, 1998, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan Dalam Dunia Islam, Jakarta.
Abuddin Nata, 2013, Metodologi Studi Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Tidak ada komentar
Posting Komentar