Dakwahpos.com, Bandung- Masjid yang terletak di Jl. A.H. Nasution, Cipadung terlihat berbeda dengan masjid pada umumnya. Masjid As Siraj dibangun pada zaman Kerajaan Demak sehingga memadukan dua budaya yakni budaya Jawa dan Sunda.
Masjid As Siraj tidak jauh berbeda dengan Masjid Agung Demak. Pada bagian atap tidak berbentuk quba melainkan perpaduan gaya khas rumah Joglo dan depok sunda. Arsitektur bangunan tersebut disesuaikan dengan budaya Nusantara agar menunjukkan identitas budaya Indonesia
"Kalau dulu belum ada modelnya jadi diambil model islam Nusantara karena kita orang Nusantara jadi kita tidak mengikuti budaya Timur Tengah," Ujar Abdullah salah satu pengurus masjid, Kamis (04/10/2018).
Dahulu masjid As Siraj milik perusahaan Patal (PT. Pemintalan Sandang Pangan). Lalu pada tahun 2014 di wakafkan kepada kecamatan Panyileukan. Hingga saat ini digunakan sebagai tempat ibadah dan kegiatan keagamaan oleh warga sekitar.
Kondisi masjid pada saat ini tidak seindah dulu. Hal tersebut disebabkan oleh pengunjung yang tidak mematuhi aturan. Contohnya seperti, membawa pulang Al-Qur'an dan mukena yang disediakan oleh pengurus masjid serta kurangnya menjaga kebersihan di sekitar masjid As Siraj.
"Kurang ada pemeliharaan. Dulu perasaan bagus. Bentuknya juga bagus. Justru saya baru tau kalau bangunannya juga seperti Masjid Agung Demak. Harus di renovasi sayang soalnya," Ujar Bayu salah satu pengunjung.
Ketua DKM As Siraj beserta jajarannya akan melakukan pembangunan masjid lantai 3 untuk memfasilitasi jamaah dalam beribadah. Pembangunan kali ini akan memadukan model lama dengan model baru, sehingga ciri khas masjid As Siraj masih tetap terjaga. Akulturasi budaya yang ada akan memberikan kesan unik terhadap masjid tersebut.
Reporter : Fitri Miftahul Jannah, KPI/3B
Tidak ada komentar
Posting Komentar