Sekarang umat manusia telah mencapai era society 5.0 yaitu era dimana seluruh teknologi bukan sekedar menjadi alat untuk berbagi informasi melainkan menjadi bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Hampir seluruh umat manusia menggunakan teknologi khususnya handphone atau gadget tidak hanya sekedar berbagi informasi melainkan gaya hidup mereka atau menjadi bagian dari hidup mereka.
Pada era society 5.0 media sosial lah yang menjadiakan patokan seseorang untuk menjadi lebih hidup dengan cara menggunakan sosial media mereka untuk kebutuhan sehari-hari mereka, seperti halnya menjadikan sosial media sebagai bahan mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, bahkan juga menjadikan sosial media sebagai hiburan atau entertainment.
Tentunya dari beberapa kegunaan media sosial diatas, memiliki sisi positifnya bahkan banyak juga sisi negatifnya, maka dari itu kita sebagai nitizen harus memiliki sifat yang bijak dalam menggunakan sosial media.
Arti kata bijak di sini yaitu, seorang nitizen harus bisa lebih kritis dalam menerima dan mencerna suatu informasi, mengkonsumsi suatu konten yang positif pada sosial media, bersikap sopan dan beretika kemudian menggunakan sosial media untuk hal yang bermanfaat.
Beberapa cara agar kita bisa termasuk seorang nitizen yang bijak dalam bersosial media, yaitu hal yang paling pokok adalah bersikap kritis dengan cara seorang nitizen harus lebih bisa memilah mana informasi yang dapat dipercaya dan mengkonsumsi konten yang positif.
Seorang nitizen yang bijak dalam bersosial media haruslah memiliki sopan santun dan beretika terhadap orang lain, dengan cara memberikan komentar dengan bahasa yang baik dan bersifat tidak merendahkan atau menghinakan, kemudian tidak mengumbar kebencian terhadap yang lainnya.
Yang terakhir seorang nitizen haruslah menyebarkan hal-hal yang bersifat positif pada sosial media, misalnya dengan kita mengupload hal-hal yang bersifat edukasi, mengshare kata-kata motivasi, dan mengupload foto atau video yang baik yang tidak mengandung unsur sara, kekerasan dan yang berisi konten-konten vulgar. Maka dari itu kita haruslah menjadi seorang nitizen yang bijak agar tidak memberikan hal-hal yang negative terhadap diri kita dan orang lain.
Ahmad Fahmi Latif Fadlillah,
Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Pada era society 5.0 media sosial lah yang menjadiakan patokan seseorang untuk menjadi lebih hidup dengan cara menggunakan sosial media mereka untuk kebutuhan sehari-hari mereka, seperti halnya menjadikan sosial media sebagai bahan mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, bahkan juga menjadikan sosial media sebagai hiburan atau entertainment.
Tentunya dari beberapa kegunaan media sosial diatas, memiliki sisi positifnya bahkan banyak juga sisi negatifnya, maka dari itu kita sebagai nitizen harus memiliki sifat yang bijak dalam menggunakan sosial media.
Arti kata bijak di sini yaitu, seorang nitizen harus bisa lebih kritis dalam menerima dan mencerna suatu informasi, mengkonsumsi suatu konten yang positif pada sosial media, bersikap sopan dan beretika kemudian menggunakan sosial media untuk hal yang bermanfaat.
Beberapa cara agar kita bisa termasuk seorang nitizen yang bijak dalam bersosial media, yaitu hal yang paling pokok adalah bersikap kritis dengan cara seorang nitizen harus lebih bisa memilah mana informasi yang dapat dipercaya dan mengkonsumsi konten yang positif.
Seorang nitizen yang bijak dalam bersosial media haruslah memiliki sopan santun dan beretika terhadap orang lain, dengan cara memberikan komentar dengan bahasa yang baik dan bersifat tidak merendahkan atau menghinakan, kemudian tidak mengumbar kebencian terhadap yang lainnya.
Yang terakhir seorang nitizen haruslah menyebarkan hal-hal yang bersifat positif pada sosial media, misalnya dengan kita mengupload hal-hal yang bersifat edukasi, mengshare kata-kata motivasi, dan mengupload foto atau video yang baik yang tidak mengandung unsur sara, kekerasan dan yang berisi konten-konten vulgar. Maka dari itu kita haruslah menjadi seorang nitizen yang bijak agar tidak memberikan hal-hal yang negative terhadap diri kita dan orang lain.
Ahmad Fahmi Latif Fadlillah,
Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Tidak ada komentar
Posting Komentar