Agama menjadi pembentuk karakter anak sejak dini. Membentuk karakter anak melalui pendidikan agama menjadi penting sehingga diharapkan tumbuh budi pekerti yang baik. Mendidik anak dengan nilai-nilai agama, akan menumbuhkan akhlak yang mulia. Pendidikan agama bagi anak-anak tidak bisa ditunda.
Agama mengajarkan untuk berperilaku dan bersikap yang baik. Agama selalu membimbing umat manusia ke dalam jalan yang benar. Agama tidak mengajarkan perilaku yang tidak baik.
Pendidikan dan agama merupakan dua hal yang sangat penting. Pentingnya pendidikan agama harus dimulai sedari dini. Anak-anak masih dalam masa berkembang dan bertumbuh, banyak belajar hal-hal baru. Mendidik anak dengan pendidikan agama, akan memberinya nila-nilai positif. Inilah yang akan ditanam dalam dirinya, sehingga membentuk karakter yang baik bagi anak.
Pentingnya pendidikan agama dikatakan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits, "Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya selain pendidikan yang baik," (H. R. Al-Hakim). Anak perlu dibantu oleh orangtuanya dalam membimbing anak melalui pendidikan agama, untuk membentuk karakter yang baik. Sebagai orang tua perlu memberi nilai-nilai agama.
Anak masih rentan terhadap apa yang dia perbuat. Sebagai orangtua, madrasah pertama, membimbing anak dengan memberinya nilai-nilai agama, akan membantu dalam menumbuhkan karakter budi pekerti.
Agama mengandung nilai-nilai yang baik, penuh dengan kasih sayang dan nasehat. Rasulullah SAW meriwayatkan, "Dari Umar bin Abu Salamah r.a berkata: "ketika masih kecil, aku pernah berada di bawah pengawasan Rasulullah SAW, dan tanganku bergerak mengulur ke arah makanan yang ada dalam piring. Maka rasulullah SAW berkata kepadaku, "Wahai anak, sebutkanlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu,".
Tumbuhkan sedari dini kepada anak pendidikan agama, selain menumbuhkan akhlak baik. Agama menjadi bekal untuk nanti kelak, baik di dunia maupun di akhirat. Menjadi orang tua yang baik, membimbing anak dalam mengemban pendidikan. Hal yang baik akan senantiasa dirasakan oleh orangtua dan anak.
Alpia Nur Zakiyyah Atorid / Mahasiswa UIN Bandung
Tidak ada komentar
Posting Komentar