Statusmu Boomerangmu

Di era teknologi dan informasi digital seperti saat ini, keberadaan media sosial (medsos) seolah tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Hampir semua orang memiliki akun medsos, baik itu facebook, twitter, instagram, dan sejenisnya. Untuk keperluan tertentu, satu orang bahkan bisa memiliki akun lebih dari satu. Seiring dengan mudahnya mengakses jaringan internet, medsos telah menjelma menjadi gaya hidup, tidak hanya bagi orang kota, tetapi sudah menjangkau masyarakat hingga pelosok desa, bahkan di daerah-daerah yang miskin sinyal sekalipun.

Kemunculan jejaring sosial macam facebook, twitter dan instagram sungguh fenomenal. Varian medsos yang paling merakyat ini makin membuka lebar kanal demokrasi dan kebebasan berpendapat melalui dunia maya. Tanpa disadari, jejaring sosial kini telah mengalami pergeseran fungsional lebih dari sekedar media untuk sosialisasi dan komunikasi, seperti sebagai media bisnis, membentuk komunitas, sosialisasi gagasan, dakwah, hingga untuk propaganda politik. Hal tersebut menjadi wajar mengingat keampuhan medsos yang langsung membidik setiap individu serta mampu menembus batas ruang dan waktu.

Media sosial sudah mulai berpindah fungsi dari media komunikasi dengan teman dan keluarga menjadi alat komunikasi massa. Sebuah industri kreatif baru telah muncul. Banyak orang yang sudah menjadi pemasar atau pembuat konten untuk media sosial, sehingga sebagian hidup dari masyarakat sudah terikat kepada media sosial.

Namun demikian, banyak orang yang malah menjadi salah guna karena kelalaiannya terhadap media sosial. Seperti membuat status yang mungkin tidak pantas untuk distatuskan karena memang hal tersebut merupakan privasi kita sendiri yang bukan untuk dikonsumsi publik.

Semua sepakat bahwa isu-isu sentral dan krusial yang berkembang di masyarakat kini tak lepas dari peran medsos, di mana rakyat dapat berinteraksi dalam sebuah kesatuan pikiran dan perasaan lewat media. Akhirnya, medsos tetaplah sebuah media. Ibarat pisau, ia dapat kita gunakan untuk menyembelih ayam atau membunuh manusia. Ayam yang kita sembelih tersebut apakah ayam kita sendiri atau hasil mencuri ayam milik orang lain, semua tergantung pada penggunanya. Maka, mari kita gunakan media sosial dengan positif, cerdas, arif dan bijaksana.

Nurul Badriah
Mahasiswa KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Tidak ada komentar

© Dakwahpos 2024