Banyak orang yang terdampak di masa pandemi ini terutama dalam segi ekonomi, sehingga mereka yang berjualan memilih gulung tikar dikarenakan sepinya pembeli dan naiknya harga bahan. Tetapi berbeda dengan warung milik Nenek Uceh, walaupun jarang adanya pembeli warungnya tetap bereksistensi dalam berjualan jajanan – jajanan. Mengapa hal itu bisa terjadi pada warung Nenek Uceh?
Warung jajanan Nenek Uceh tersebut berisikan snack, wafer, agar – agar, kue, minuman, permen, dan juga menyediakan ATK. Jajanan ini paling digemari oleh anak – anak karena sejak dari awal pembuatan warung ini target pasarnya adalah anak – anak. Berhubung lokasinya dekat dengan TK.
Mungkin dari situlah penyebab warung Nenek Uceh masih tetap berjualan walaupun sepinya pembeli. Namun, beliau menuturkan beberapa alasan mengapa warungnya masih beroperasi yang pertama Nenek Uceh memiliki lima orang anak dan dua belas cucu, mereka ini lah yang membantu memberi modal kepada beliau untuk persediaan warungnya. Kedua, menurutnya memang benar warungnya sepi pembeli tetapi pada saat pagi sampai dengan siang hari lumayan ramai, dikarenakan lokasi warung beliau dengan TK berjarak cukup dekat, hal ini membuat ketika waktu istirahat tiba banyak anak – anak yang membeli barang dagangannya.
Di dalam situasi yang mengkhawatirkan ini, tak menciutkan semangat Nenek Uceh untuk terus berjualan. Malah, hal itu juga membuat beliau memiliki keinginan untuk membantu sesamanya, seperti membagikan barang jajanannya secara cuma – cuma kepada masyarakat yang terdampak pandemi Covid – 19.
"Da gimana lagi ya? Karena saya di rumah ini ditemani banyak anak cucu jadi segala pekerjaan rumah ada yang ngerjainnya. Jadinya saya bingung harus ngapain, ya udah jaga warung aja gitu," jawab Nenek Uceh ketika ditanyai di rumahnya.
"Biasanya saya yang suka membantu Nenek Uceh ini kalau ada pembeli yang datang, ya kasihan juga gitu kalau ada pembeli yang ngomong ke beliau tapi beliaunya ini tidak mengerti apa yang pembeli bilang. Dari situlah saya berniat untuk membantu Nenek saya," jawab Aji salah satu cucu dari Nenek Uceh.
Sebelumnya ada suaminya yang akrab dengan sapaan Aki Didin ini membantu Nenek Uceh berdagang, tetapi sangat disayangkan beliau sudah meninggal sepuluh bulan yang lalu. Ketika masih ada Aki didin, beliau lah yang menemani Nenek Uceh bepergian kepasar untuk membeli keperluan warung jajanannya, beliau juga yang selalu mengingatkannya jika ada pembeli yang belum bayar atau belum diberi uang kembalian.
Dalam membeli barang dagangannya itu, Nenek Uceh menyuruh anak atau cucunya berbelanja ke pasar untuk membeli barang dagangan yang diperlukan warungnya. Jadi, hal ini tak memberatkan bagi beliau karena sudah dibantu oleh anak dan cucunya, beliau hanya tinggal menjaga dan melayani pembeli saja.
Penghasilan yang didapati pun tak dihiraukan sekali oleh Nenek Uceh karena tujuan beliau berdagang bukan untuk mencari uang, tetapi untuk mengisi kekosongan waktunya yang beliau tak tau mau melakukan apa.
"Ya kadang sehari dapet dua puluh ribuan, kalau dikalikan lima hari bisa saja mendapat seratus ribuan," jawab Nenek Uceh ketika ditanyai mengenai penghasilan warungnya.
Dari penghasilan tersebut dibelanjakan semua untuk membeli barang dagangannya lagi dan tak disimpan untuk pegangan pribadinya. Padahal di keadaan saat ini banyak pedagang yang bingung dengan penghasilan dan pengeluarannya selama berjualan, beda lagi halnya dengan Nenek Uceh yang tak mempedulikan untung dan ruginya dalam berdagang.
Bagaimanapun situasi dan kondisinya, menurut beliau ia harus tetap bersyukur kepada Allah SWT karena berkat kebaikan dan kekuasaannya ia masih diberi kesempatan untuk hidup dan berdagang. Namun, Nenek Uceh tetap berkeinginan barang dagangannya ini laku keras dan banyak digemari oleh anak – anak.
Warung jajanan Nenek Uceh tersebut berisikan snack, wafer, agar – agar, kue, minuman, permen, dan juga menyediakan ATK. Jajanan ini paling digemari oleh anak – anak karena sejak dari awal pembuatan warung ini target pasarnya adalah anak – anak. Berhubung lokasinya dekat dengan TK.
Mungkin dari situlah penyebab warung Nenek Uceh masih tetap berjualan walaupun sepinya pembeli. Namun, beliau menuturkan beberapa alasan mengapa warungnya masih beroperasi yang pertama Nenek Uceh memiliki lima orang anak dan dua belas cucu, mereka ini lah yang membantu memberi modal kepada beliau untuk persediaan warungnya. Kedua, menurutnya memang benar warungnya sepi pembeli tetapi pada saat pagi sampai dengan siang hari lumayan ramai, dikarenakan lokasi warung beliau dengan TK berjarak cukup dekat, hal ini membuat ketika waktu istirahat tiba banyak anak – anak yang membeli barang dagangannya.
Di dalam situasi yang mengkhawatirkan ini, tak menciutkan semangat Nenek Uceh untuk terus berjualan. Malah, hal itu juga membuat beliau memiliki keinginan untuk membantu sesamanya, seperti membagikan barang jajanannya secara cuma – cuma kepada masyarakat yang terdampak pandemi Covid – 19.
Mengenai alasan lain beliau masih tetap berjualan adalah bosan. Mengingat Nenek Uceh ini usianya sudah tak lagi muda dan fisiknya tak lagi prima membuat beliau diharuskan berdiam diri di rumah saja.
Namun, dalam pelayanannya beliau memerlukan bantuan dari salah satu cucunya karena mengingat beliau sudah lanjut usia yang menyebabkan alat pendengarannya sedikit menghambat untuk beliau bertransaksi dengan para pembeli.
Sebelumnya ada suaminya yang akrab dengan sapaan Aki Didin ini membantu Nenek Uceh berdagang, tetapi sangat disayangkan beliau sudah meninggal sepuluh bulan yang lalu. Ketika masih ada Aki didin, beliau lah yang menemani Nenek Uceh bepergian kepasar untuk membeli keperluan warung jajanannya, beliau juga yang selalu mengingatkannya jika ada pembeli yang belum bayar atau belum diberi uang kembalian.
Dalam membeli barang dagangannya itu, Nenek Uceh menyuruh anak atau cucunya berbelanja ke pasar untuk membeli barang dagangan yang diperlukan warungnya. Jadi, hal ini tak memberatkan bagi beliau karena sudah dibantu oleh anak dan cucunya, beliau hanya tinggal menjaga dan melayani pembeli saja.
Penghasilan yang didapati pun tak dihiraukan sekali oleh Nenek Uceh karena tujuan beliau berdagang bukan untuk mencari uang, tetapi untuk mengisi kekosongan waktunya yang beliau tak tau mau melakukan apa.
"Ya kadang sehari dapet dua puluh ribuan, kalau dikalikan lima hari bisa saja mendapat seratus ribuan," jawab Nenek Uceh ketika ditanyai mengenai penghasilan warungnya.
Dari penghasilan tersebut dibelanjakan semua untuk membeli barang dagangannya lagi dan tak disimpan untuk pegangan pribadinya. Padahal di keadaan saat ini banyak pedagang yang bingung dengan penghasilan dan pengeluarannya selama berjualan, beda lagi halnya dengan Nenek Uceh yang tak mempedulikan untung dan ruginya dalam berdagang.
Tak hanya dari anak dan cucunya, tetapi dalam hal modal warungnya ini mendapatkan BLT atau Bantuan Langsung Tunai dari program pemerintah yaitu program BLT UMKM. Jadi Nenek Uceh tak merasa khawatir dalam memikirkan caranya balik modal.
Bagaimanapun situasi dan kondisinya, menurut beliau ia harus tetap bersyukur kepada Allah SWT karena berkat kebaikan dan kekuasaannya ia masih diberi kesempatan untuk hidup dan berdagang. Namun, Nenek Uceh tetap berkeinginan barang dagangannya ini laku keras dan banyak digemari oleh anak – anak.
Lalu apakah semua itu dapat menguntungkan beliau? Atau justru merugi?
Fajri Ramadhan
Mahasiswa KPI UIN BANDUNG
Tidak ada komentar
Posting Komentar