Saat banyak orang yang berjuang untuk tetap hidup, disisi lain terdapat oknum yang berani menantang malaikat maut hanya demi sebuah konten. Kendati menganggap diri mempunyai sembilan nyawa, mereka rela mempertaruhkan nyawa hanya demi hal-hal konyol yang dijadikan konten, sekedar untuk mengejar label viral. Hanya demi konten viral, mereka seakan menggoda malaikat maut lantaran menempatkan diri dalam situasi amat berbahaya.
Tak jarang konten yang dilakukan menunjukan kearogansian di jalan raya, dari kasus ugal-ugalannya pengguna motor knalpot racing sampai kepada kasus seorang remaja yang menghadang truk. Tindakan seperti itu tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga pengguna jalan lainnya. Banyak pihak tak bersalah yang dapat dirugikan akibat aksi konyol untuk mendapatkan eksistensi di sosial media.
Pasalnya angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia tergolong tinggi, kecelakaan juga termasuk salah satu penyebab kematian di Indonesia. Kepala Korlantas Polri, Irjen Pol Firman Shantyabudi mengungkapkan bahwa berdasarkan data tahun 2021 tercatat sebanyak 25.226 orang meninggal dunia akibat kecelakaan. Oleh karena itu, jangan sampai hanya karna demi konten menambah catatan kecelakaan lalu lintas yang telah tinggi di Indonesia.
Dapat dilihat dari contoh aksi ugal-ugalannya pengguna motor knalpot racing, dimana suara knalpotnya saja telah mengganggu pengguna jalan juga penduduk setempat ditambah aksi ugal-ugalan seakan jalan milik nenek moyangnya. Dan dengan bangganya menjadikan aksi itu konten untuk terlihat gagah dan keren di social media.
Contoh konten arogan di jalan raya lainnya yaitu challenge malaikat maut, dimana mereka melakukan aksinya dengan menunggu di trotoar. Ketika truk yang ditargetkan tengah melintas, mereka tiba-tiba melompat seolah ingin menghentikannya. Namun, ketika truk telah dekat, mereka akan lari tunggang-langgang untuk menghindarinya. Aksi gila ini mereka lakukan hanya sebatas konten, agar mendapat pengakuan di sosial media sehingga mendapat gelar viral.
Energi berlebih kaum remaja ini sebaiknya disalurkan dengan sublimasi, yaitu ide brilian yang ditawarkan Sigmund Freud. Sublimasi dalam psikologi adalah mekanisme pertahanan diri yang bisa diterima baik oleh individu maupun kelompok sosial. Mekanisme ini, dilakukan dengan cara mengalihkan dorongan negatif dan menggantinya menjadi sesuatu yang lebih positif, lazimnya bersifat kultural-kreatif seperti seni, musik, serta sastra. Nah, sudah seharusnya Gen Z menyumbang karya melalui konten yang dapat menambah wawasan dan bermanfaat. Harus ditanamkan pula pada diri generasi kini, untuk membuat karya yang dapat dikenang baik sepanjang masa, bukan hanya mengejar viral tanpa memikirkan akibatnya di kemudian hari.
Fitri Anggraini, Mahasiswa KPI UIN SGD Bandung, Jawa Barat
Tak jarang konten yang dilakukan menunjukan kearogansian di jalan raya, dari kasus ugal-ugalannya pengguna motor knalpot racing sampai kepada kasus seorang remaja yang menghadang truk. Tindakan seperti itu tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga pengguna jalan lainnya. Banyak pihak tak bersalah yang dapat dirugikan akibat aksi konyol untuk mendapatkan eksistensi di sosial media.
Pasalnya angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia tergolong tinggi, kecelakaan juga termasuk salah satu penyebab kematian di Indonesia. Kepala Korlantas Polri, Irjen Pol Firman Shantyabudi mengungkapkan bahwa berdasarkan data tahun 2021 tercatat sebanyak 25.226 orang meninggal dunia akibat kecelakaan. Oleh karena itu, jangan sampai hanya karna demi konten menambah catatan kecelakaan lalu lintas yang telah tinggi di Indonesia.
Dapat dilihat dari contoh aksi ugal-ugalannya pengguna motor knalpot racing, dimana suara knalpotnya saja telah mengganggu pengguna jalan juga penduduk setempat ditambah aksi ugal-ugalan seakan jalan milik nenek moyangnya. Dan dengan bangganya menjadikan aksi itu konten untuk terlihat gagah dan keren di social media.
Contoh konten arogan di jalan raya lainnya yaitu challenge malaikat maut, dimana mereka melakukan aksinya dengan menunggu di trotoar. Ketika truk yang ditargetkan tengah melintas, mereka tiba-tiba melompat seolah ingin menghentikannya. Namun, ketika truk telah dekat, mereka akan lari tunggang-langgang untuk menghindarinya. Aksi gila ini mereka lakukan hanya sebatas konten, agar mendapat pengakuan di sosial media sehingga mendapat gelar viral.
Energi berlebih kaum remaja ini sebaiknya disalurkan dengan sublimasi, yaitu ide brilian yang ditawarkan Sigmund Freud. Sublimasi dalam psikologi adalah mekanisme pertahanan diri yang bisa diterima baik oleh individu maupun kelompok sosial. Mekanisme ini, dilakukan dengan cara mengalihkan dorongan negatif dan menggantinya menjadi sesuatu yang lebih positif, lazimnya bersifat kultural-kreatif seperti seni, musik, serta sastra. Nah, sudah seharusnya Gen Z menyumbang karya melalui konten yang dapat menambah wawasan dan bermanfaat. Harus ditanamkan pula pada diri generasi kini, untuk membuat karya yang dapat dikenang baik sepanjang masa, bukan hanya mengejar viral tanpa memikirkan akibatnya di kemudian hari.
Fitri Anggraini, Mahasiswa KPI UIN SGD Bandung, Jawa Barat
Tidak ada komentar
Posting Komentar