Jabatan, Koneksi dan Uang Datangkan Arogansi di Jalan Raya?

Saat mengemudi di jalan raya, ada banyak hal yang tidak bisa diprediksi dan tidak semua akan berjalan baik-baik saja. Gesekan kecil bisa berujung adu mulut, adu jotos, bahkan sampai penganiayaan. Saat ada gangguan, pengemudi sebaiknya mengingat lagi tujuan utama berkendara yaitu selamat sampai tujuan.

Saling serobot, tak terima disalip, atau tersinggung karena hal-hal lain menjadi tren yang tak pernah surut intensitasnya. Kekerasan di jalan raya juga dipicu ketidakpercayaan antarwarga, warga dengan dengan negara, dan sebaliknya, serta anggapan jalan sebagai area tak bertuan sehingga bebas melakukan apa saja. Bebas melakukan apa saja kian parah karena adanya jabatan, koneksi dan uang. Orang yang punya jabatan, koneksi dan uang, cenderung merasa bisa leluasa berbuat semaunya dan merasa diatas angin ketika di jalan karena hukum tidak berfungsi maksimal. Contohnya, pengguna jalan sering mengalah dengan barisan motor gede yang melintas dengan atau tanpa pengawalan.

Selain jabatan, koneksi dan uang, ada beberapa faktor yang menyebabkan pengemudi menjadi arogan saat berkendara. Gaya mengemudi agresif disebabkan karena kondisi fisik yang lelah, ego yang tinggi, bahkan kejiwaan yang terganggu. Atribut yang melekat pada diri ataupun kendaraannya pun membuat ia merasa terfasilitasi untuk berbuat arogan.

Semua pengemudi berpotensi menjadi arogan jika ia tidak sadar dan tidak mampu mengontrol emosi dalam dirinya. Itulah mengapa kaidah-kaidah keselamatan, kesopanan dan kebersamaan harus di nomer satukan di jalan raya. Seseorang tidak boleh seenaknya di jalan umum karena terdapat rambu-rambu yang harus di taati dan di patuhi.

Maka dari itu kita harus bijak ketika sedang berada di jalan raya. Ada etika yang harus kita bangun demi kenyamanan dan keselamatan bersama. Kita tumbuhkan budaya malu dan minta maaf agar kita terhindar dari sifat arogan.

Ihsan Muhamad Fadillah – KPI 3 B

Tidak ada komentar

© Dakwahpos 2024