Kecelakaan lalu lintas sering terjadi karena kelalaian pengemudi itu sendiri, Tanpa disadari lalu lintas yang semrawut bisa memancing emosi. Bagi pengemudi yang tidak bisa mengendalikan emosi, jalan raya bisa dibilang sebagai salah satu pemicu emosi. Ketidaksabaran pengemudi terkadang berujung kepada kejadian yang tidak diinginkan.
Sering terjadi meluapnya emosi pengemudi karena situasi yang dihadapi di tengah perjalanan atau sebelum melakukan perjalanan sudah ada masalah yang dibawa. Bisa jadi pula karena melihat perilaku sesama pengemudi di jalan raya. Perlu diketahui, emosi saat mengemudi adalah tindakan yang membahayakan diri sendiri dan dan membahayakan orang lain sesama pengguna jalan raya.
Emosi yang meluap-luap biasanya membuat yang bersangkutan gelap mata. Jika sudah demikian, dia akan memukul, berteriak, memaki, atau merusak barang-barang yang ada. Dengan berbagai macam kondisi, bisa karena situasi sedih tak terhingga sampai marah-marah tak terbendung.
Banyak kasus pengemudi ribut di jalan karena masalah sepele. Bisa karena gesekan antara mobil, disalip mendadak, hingga ditabrak dari belakang. Bahkan suara knalpot dan klakson saja bisa memicu keributan. Sering dijumpai pengemudi tiba-tiba berbelok tanpa memberikan isyarat duluan, dan sebagainya.
Apa pun kondisinya, setiap pengguna jalan harus bisa meredam emosi. Salah satu cara mengatasi emosi, pengemudi harus menggunakan empati dan etika ketika mengemudi, juga melakukan manajemen waktu yang baik. Berkendara terburu-buru secara psikologis akan membuat pengemudi lebih mudah emosi, terlebih jika jalan yang dilalui terhambat.
Mengelola emosi dan kemarahan selama berkendara adalah hal yang tidak boleh lagi disepelekan karena nyawa manusia bisa jadi taruhannya. Tentu saja kita tidak selalu dapat mengontrol tindakan orang lain. Namun, penting untuk memantau perilaku diri kita sendiri.
Kaisa Kurnia Muthmainnah, Mahasiswi KPI UIN SGD Bandung
Tidak ada komentar
Posting Komentar