Oleh : Toni Hermawan
Di jalan raya sering terjadi sikap orang yang arogan yang menganggap orang lain lebih rendah darinya. Sering kali pengendara roda dua, maupun roda empat sering menyulut emosi kepada pengendara lainya, sehingga sikap arogan menimbulkan kesalahan dan kesombongan. Di sisi lain, dalam beberapa kasus ada yang berteriak, membuyikan klakson berlebihan, knalpot motor berisik, ada yang menyalip, adanya kesalah pahaman terjadi perselisihan antara dua geng motor, hingga perselisihan antara pengendara satu sama lainnya itu sudah menjadi sikap mereka.
Konflik atau perselisihan sendiri kerap muncul karena berbagai faktor. Seperti, dua pengemudi motor atau mobil tidak sengaja saling bersenggolan sehingga dapat membahayakan orang lain. Kesalahpahaman setelahnya juga masih menjadi masalah serius ketika ingin meredakan situasi yang terus memanas.
Hal ini dikarenakan setiap orang memiliki suasana hati serta kondisi berbeda saat itu. Pelampiasan emosi mungkin saja merupakan tekanan dan beban pikiran yang sudah ditahannya sejak awal mengendarai. Terlibat perselisihan di jalan raya memancing amarahnya keluar.
Belum lagi jika masing-masing pihak bersangkutan berpegang penuh pada pendapatnya, dan menyalahkan satu sama lain. Namun, yang lebih parah adalah ketika mulai hakim sendiri. Maka dapat dibayangkan seperti apa ricuhnya lokasi saat itu, dengan bising kemacetan, teriakan orang dan sekitarnya.
Hal itu sangat normal bila pengemudi lain yang tidak bersalah melawanya, tetapi kita harus bisa menjaga emosi kita, mengontrol dan menahan hawa nafsu kita karena "menurunkan diri" untuk saling meminta maaf upaya untuk memperbaiki hubungan dengan orang lain. Jadi tahapan paling penting dari meminta maaf yang baik adalah mengakui kesalahan sendiri dengan lapang dada.
Mahasiswa KPI UIN SGD Bandung
Tidak ada komentar
Posting Komentar