Superioritas Dalam Arogansi Lalu Lintas

Dakwahpos.com, Bandung - Perasaan superioritas seringkali menjadi pemicu arogansi lalu lintas. Peristiwa mobil berplat RF yang menandakan kendaraan tersebut adalah mobil dinas milik pejabat negara cukup sering membuat pengemudinya memiliki rasa superior. Misalnya kasus pemukulan yang terjadi pada pengendara mobil JF pada bulan lalu. Kejadian tersebut dilakukan oleh pengendara mobil yang memiliki plat RF.

Dalam hal lain seperti motor yang memiliki knalpot berisik adalah hal yang lumrah jika merasa santai-santai ketika kebut-kebutan di jalan raya. Sejatinya, hal tersebut merupakan arogansi terhadap ketentraman umum. Hal demikian pun sering terjadi bagi para pengguna motor yang melakukan variasi aksesoris yang berlebih. Biasanya, pengendara tersebut merasa lebih gagah dan tidak jarang percaya diri menyalip kendaraan lain.

Dari kasus-kasus tersebut nampak lalu lintas sebagai sarana umum yang semestinya menimbulkan rasa malu bagi para pelaku ketika akan melakukan arogansi tidak berpengaruh sempurna. Bahkan media sosial yang siap menjadi ruang hujat bagi orang arogan tidak juga membuat para pelakunya berpikir ulang. Kasus demi kasus masih saja terjadi.

Oleh sebab itu dalam rangka menghentikan arogansi lalu lintas tidak akan efektif jika hanya mengandalkan pengawasan dari luar. Diperlukan kesadaran dari dalam yaitu menutup ruang superioritas itu sendiri. Contohnya yaitu tidak perlu motor menggunakan aksesoris yang berlebih atau plat kendaraan mobil sipil harusnya tidak ada yang dispesialkan.

Dapat disimpulkan dalam rangka membasmi arogansi lalu lintas, dapat dimulai dengan meninggalkan sikap superioritas dalam diri sendiri. Ketika arogansi disebut juga sebagai rasa sombong, lantas apa yang dapat disombongkan jika hal yang patut disombongkan itu sendiri tidak ada?

Muhammad Naufal Fatyu Robbani (KPI-3C)

Tidak ada komentar

© Dakwahpos 2024