Tragedi Kanjuruhan menyisakan duka yang mendalam bagi dunia sepak bola Indonesia. Ratusan jiwa melayang dalam peristiwa yang memilukan ini. Kita percaya bahwa semua unsur yang ada pada saat kejadian baik pemain, penonton, suporter, pengamanan, media, maupun penyelenggara kegiatan tidak satu pun yang mengharapkan tragedi ini terjadi.
Penyebab banyak jatuh korban adalah penembakan gas air mata, maka tanggungjawab ada pada pelaku, penginstruksi, dan penyedia sarana. Ditengarai peluru gas air mata telah kadaluwarsa. Menurut Komnas HAM daluwarsa sampai tahun 2019, sedangkan menurut Mabes Polri hingga 2021. Menurut Mabes Polri dari 11 peluru yang ditembakan 7 di tribun Selatan, 1 di tribun utara dan 3 di lapangan. Informasi lain juga di tribun timur. Artinya terbanyak bukan untuk mengatasi kerusuhan akan tetapi justru menjadi penyebab kepanikan dan kematian.
Tewasnya 125 orang atau konon 2OO orang lebih disebabkan oleh pelanggaran aturan FIFA Stadium Safety and Security Regulation yang melarang penggunaan gas air mata. Dua institusi bertanggungjawab atas pelanggaran ini yaitu PSSI dan Polri, karenanya ini menjadi dasar dan menguatkan bahwa Komjen Purn. Mochamad Iriawan dan Irjen Pol Nico Afinta harus diberhentikan.
Presiden juga harus bertanggung jawab disebabkan oleh terjadinya pelanggaran HAM berulang sejak petugas Pemilu (894 orang), 21-22 Mei (10 orang), Km 50 (6 orang) dan Kanjuruhan (200 orang). Apalagi baru keluar Kepres 17 tahun 2022 yang dimaksudkan agar pelanggaran HAM berat tidak berulang. Kepres itu diterbitkan 26 Agustus 2022. Kanjuruhan meledak 1 Oktober 2022.
Soal siapa yang sebenarnya harus bertanggungjawab penuh, siapa yang harus dipenjarakan, dan lain sebagainya, saya serahkan kepada Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF). Cukuplah kita menunggu kabar baik dari tim yang dikomandoi oleh Mahfud MD tersebut. Besar harapan semoga tim ini bekerja dengan integritas dan transparan. Itu saja.
Kita sebagai penikmat bola, hanya berharap semoga tragedi yang sangat menyesakkan dada ini tidak terulang lagi di masa depan. Meski sebenarnya tragedi Kanjuruhan ini bisa diantisipasi sejak awal, tapi apa boleh buat karena Allah Swt telah berkehendak. Mereka tidak akan kembali. Kita doakan semoga para korban mendapatkan tempat yang terbaik di sisi sang Khalik. Dari nestapa musibah yang terjadi, saya percaya selalu ada hikmah yang bisa kita ambil.
Oleh : Fauziyatusy Syifa Nur'aini / KPI 3B
Tidak ada komentar
Posting Komentar