Tragedi Sepak Bola, Duka Untuk Semua.

Izati Istiqomah

Dunia sepak bola Indonesia berduka atas tragedi yang terjadi di stadion Kanjuruhan yang menewaskan 125 orang. Duka ini juga membekas bagi seluruh masyarakat Indonesia. Betapa tidak, meskipun kerusuhan pasca tanding ini bukan yang pertama kali, namun musibah di Kanjuruhan Malang merupakan tragedi paling mematikan dalam sejarah sepak bola nasional. Tragedi yang mewarnai kelamnya dunia olahraga. Berbicara secara menyeluruh dan global, tragedi Kanjuruhan merupakan musibah mematikan ke-2 dari 15 tragedi sepak bola di dunia. 

 

Dalam kasus kanjuruhan, gas air mata dapat dianggap sebagai penyebab terbesar kematian. Pasalnya, mereka yang terkena gas air mata akan kesulitan melihat karena mata perih dan iritasi. Dalam suasana yang hebat di tengah kekacauan, ada banyak orang yang menderita serangan gas air mata dan mencoba melarikan diri tanpa bisa melihat. Mereka berlari menyelamatkan diri. Mereka yang berada di peron bisa jatuh dan diinjak-injak oleh penonton lain, sehingga menyebabkan seseorang meninggal. Yang terjadi adalah kekacauan yang tidak dapat terkendali, hal ini yang menjadi sebab krisis dalam sepak bola.

 

Unsur kelalaian semua pihak karena tidak memperhitungkan apa yang menjadi dampak dari tindakan, misalnya bagaimana solusi jika terjadi kekacauan, apa yang terjadi jika penonton berebut berdesakan di pintu keluar. Selanjutnya, yaitu kegagalan untuk menunjukkan kehati-hatian, yang berarti tidak melakukan penelitian, penimbangan, pencegahan atau kebijaksanaan dalam melakukan suatu peristiwa, apakah sudah sesuai dengan kaidah kehati-hatian yang berlaku secara umum. Negara harus hadir dan bertanggung jawab atas tragedi Kanjuruhan yang terjadi. Tragedi Kanjuruhan ini meskipun menyisakan duka untuk semua namun kita harus mengambil hikmah dan pelajaran di dalamnya.

 

Izati Istiqomah / Mahasiswa KPI UIN SGD

Tidak ada komentar

© Dakwahpos 2024