Media sosial memang membuat kita terhubung dengan siapa pun dengan mudah dan cepat. fitur chat atau komen yang disediakan media sosial mempermudah terjadinya bullying. Sering kali kita dengar, Bagaimana seseorang terkena bulli dikarenakan 'terpeleset' hal sepele. Bahkan hal pribadi seseorang yang tidak ada kaitannya dengan publikpun bisa menjadi bahan gunjingan bagi para pembuli.
Alasan pertama, seseorang yang membully di media sosial itu karena tidak ada kerjaan. Jika seseorang yang memiliki kesibukan atau pekerjaan sudah pasti tidak ada waktu untuk dirinya membuka media sosial bahkan sampai mengurusi kehidupan orang lain yang sejatinya tidak ada urusan dengan dirinya.
Alasan kedua, mudah menyembunyikan identitas. para pembuli kerap kali menyamarkan identitasnya, dengan identitas yang disembunyikan pembuli mudah untuk berkata apa saja karena merasa tidak ada tanggung jawab dan pengawasan kepada dirinya, Hal ini didukung sifat media sosial yang memungkinkan tidak ada rasa keterkaitan dengan orang yang di-bully. Makin jauh kualitas relasi seseorang, maka makin mudah melakukan karena tidak ada ikatan emosi atau ikatan kepentingan antara pelaku dengan korban.
Alasan ketiga mudah terbawa tren, misalnya, ada satu orang yang sedang di-bully, bisa saja iseng-iseng orang lain mengikutinya padahal belum tentu mereka tahu persoalan mengapa orang tersebut di-bully. Padahal, di hutan belantara dunia maya banyak sekali trolls, yaitu orang yang mengirim pesan (atau juga pesan itu sendiri) yang bertujuan untuk memancing tanggapan emosional atau kemarahan dari pengguna lainnya.
Alasan keempat karakteristik kepribadian, hal ini ditinjau dari dalam diri pelaku dan korban. Kedua karakteristik ini saling berkaitan, sehingga memperkuat terjadinya bullying dalam teknologi komunikasi. Karakteristik pelaku yaitu : memiliki kepribadian yang dominan, cari perhatian, sedikit rasa empati kepada orang lain, tidak berani menghadapi resiko karena perbuatannnya sendiri, dan memiliki kebutuhan sensasi akan hal-hal dan pengalaman baru. Sedangkan karakterisik korban yaitu : rapuh, lemah, belum dewasa, kemampuan dan pengetahuan yang belum cukup untuk membuat sebuah keputusan secara efektif.
Solusi untuk menghindari dan mencegah pembulian media sosial yaitu : jangan membalas dan menulis komentar yang sama negatifnya sebagai respon, jangan menganggap komentar negatif dan kebencian terlalu serius, Pahami bahwa tidak semua orang punya kepercayaan dan pandangan yang sama. Gunakanlah media sosial dengan bijak untuk menciptakan generasi yang positif.
(Muhamad Aswin Fahrul Fauzi/3C)
Tidak ada komentar
Posting Komentar