Duka terjadi kembali di Dunia Sepak Bola, Tragedi Kanjuruhan jadikan pelajaran bagi kita

oleh: Muhamad Ardiansyah  

            Dakwahpos.com,Bandung-Tragedi Stadion Kanjuruhan jelas tak perlu terjadi. Ini bukan kali pertama kematian terjadi di dalam ataupun seputar stadion sepak bola. Kasus serupa sudah cukup sering terjadi sehingga seharusnya bisa menjadi acuan saat menyusun strategi preventif. Alasan bahwa kejadian ini tidak bisa diprediksi mengingat suporter Persebaya tidak diizinkan hadir juga tak valid. Pertandingan ini sarat gengsi dan punya sejarah brutal, Bung. Yang tak paham sejarah saling menyakiti antarsuporter sejumlah klub di Indonesia, khususnya dalam kasus ini suporter Persebaya dan Arema, adalah mereka-mereka yang mungkin masih hijau di dunia kelam sepak bola Indonesia.

            Namun hal itu sudah terjadi, gas air mata dikeluarkan dengan harapan suporter bubar dan menjauhi area keributan, namun naas sekali justru menimbulkan banyak jiwa melayang baik dari pihak kepolisian maupun suporter sepak bola. Ini tragedi pemecah record selama sejak awal kompetisi sepak bola di Indonesia, menelan korban jiwa hingga tewas berjumlah ratusan orang. Artinya ada hal yang salah dalam setting keamanan kompetisi tersebut, sudah pasti di awali oleh sikap para pihak yang tidak dewasa, tidak jujur dan tidak adil.

            Catatan bagi kita, bahwa mereka manusia bukan hewan. Karakter para suporter dan pemain harus diajarkan dan di didik akan sebuah kejujuran dan seportifitas dalam bermain olahraga. Jangan dijadikan kepentingan pragmatis sesaat, eksploitasi pada permainan sepak bola memang tidak bisa di hindarkan.

            Kita bisa melihat dengan kasat mata, para suporter sepak bola lebih banyak di dominasi generasi milenial yang notabene generasi masa depan bangsa. Tidak dipungkiri hampir setiap laga para club sepak bola kebanggaanya bertanding, para suporter rela merogok saku dalam-dalam untuk membeli tiket berharap bisa nonton langsung di stadion. Pekik suara keras dan lontaran kata-kata tidak baik pun terdengar sudah lumrah, bahkan caci maki pada pemain dilapangan sering terjadi, termasuk antar suporter tidak bisa di hindari hingga keributaan dan kerusuhan tidak bisa di hindari. 127 orang lebih menjadi korban kerusuhan yang di pantik oleh sikap tidak dewasa dan adil para pihak.

            Namun sayang yang Seharusnya momentum kompetisi sepak bola menjadi ajang menguji diri dalam beradu aksi   menjadi peluapan  nafsu dan amarah. Suporter sebagian besar generasi pembelajar, penting bagi para orang tua, guru, dosen, tutor dan ustadz yang banyak bersentuhan dengan mereka kiranya memberikan pemahaman yang komprehensif tetang pentingnya menjaga sikap suporter yang santun dan beradab. Bagi para bandar dan manajer club sepak bola untuk tidak bosen mengingatkan para pihak terlibat dunia sepak bola untuk mengedepankan keadilan, kejujuran dan sportifitas bertanding. Sanksi dan reward pun harus dikeluarkan kepada club dan suporter terburuk dan suporter terbaik memberi spirit dan motivasi. Justru saat ini yang ada eksploitasi dan di politisasi untuk kepentingan politik dan bisnis semata, boleh dikatakan menggiurkan bagi para pihak tertentu.

 

bye Muhamad Ardiansyah, Mahasiswa KPI (Komunikasi Penyiaran Islam ) UIN Sunan Gunung Djati Bandung.


Tidak ada komentar

© Dakwahpos 2024