Lagu "Kanjuruhan" sebagai Pengingat Tragedi Kanjuruhan

Telah lebih dari satu bulan, Tragedi Kanjuruhan itu terjadi. Tragedi yang berujung kecewa, pilu, dan duka, bagi para korban, suporter, dan seluruh warga Indonesia.

Tepat selang empat hari setelah kejadian, Iwan Fals merekam kejadian tersebut dalam sebuah lagunya yang berjudul Kanjuruhan. Lagu ini ditayangkan dalam bentuk video lirik di kanal YouTube Iwan Fals Official dan terhitung telah diputar hingga 1.035.840 kali hingga artikel ini dibuat.

Dalam lagunya, Iwan Fals mengungkapkan sederet hikmah dari Tragedi Kanjuruhan. Seperti dalam bait pertamanya, ia mengungkapkan bahwa Tragedi Kanjuruhan mengajari kita tentang kebersamaan dan kepedulian. Tragedi ini berawal dari kepedulian suporter yang mendukung Arema FC. Namun karena mengalami kekalahan, mereka kecewa dan terjadilah tragedi tersebut.

Banyak korban berjatuhan dalam tragedi ini, bahkan 135 orang dinyatakan merenggang nyawa. Kepiluan inilah akhirnya yang membuat para suporter berduka dan marah. Sebagai bentuk kepeduliannya, Aremania menuntut agar kepolisian mengusut tuntas siapa dalang di balik peristiwa besar dalam dunia persebakbolaan  ini. Selain itu, Aremania dan warga Indonesia juga turut berdoa bagi para korban, diiringi isak tangis dari keluarga korban.

Dalam lagunya, Iwan Fals seolah mengucapkan selamat tinggal bagi para korban dan mendoakan mereka agar tenang di alam sana, meski sebenarnya kepergian itu bukanlah hal yang diinginkan siapa pun. Di sini pula, beliau menggunakan istilah Salam Satu Jiwa yang merupakan salam khas Aremania sekaligus judul lagu kebanggaan mereka.

Iwan Fals juga menyampaikan bahwa Tragedi Kanjuruhan mengajarkan kita tentang kebodohan dan kemunafikan. Sebelum tragedi ini terjadi, PSSI sempat menolak saran dari polisi untuk mengubah jadwal pertandingan dengan pertimbangan faktor keamanan. Selain itu, PSSI juga malah menggunakan hasil verifikasi stadion tahun 2020. Jelas ini adalah sikap PSSI yang sangat ceroboh ketika menyiapkan sebuah pertandingan sepak bola. Lalu setelah tragedi terjadi, aparat polisi justru mengklaim bahwa gas air mata yang digunakan dalam tragedi ini telah kedaluwarsa yang mana zat aktifnya menjadi berkurang. Padahal, kedaluwarsa atau tidak, penembakan gas air mata dalam stadion sama sekali tidak menjamin para suporter bisa membubarkan diri dengan selamat.

Pada suatu bait, Iwan Fals menggunakan kata-kata Aum Singo Edan. Istilah ini merujuk pada Arema yang memiliki lambang singa yang dalam bahasa Jawa disebut singo. Sedangkan kata edan yang juga berasal dari bahasa Jawa, berarti gila.

Selanjutnya, lagu ini mengisahkan tentang betapa mengerikannya Tragedi Kanjuruhan. Seperti injak-menginjak jiwa manusia ketika berdesakan keluar stadion hingga mengakibatkan banyak orang meninggal dunia dan sesaknya napas manusia karena menghirup gas air mata di ruang terkunci.

Lagu "Kanjuruhan" ini baru salah satu karya seni yang merekam peristiwa Kanjuruhan. Masih ada seniman lainnya seperti Iksan Skuter dan Sindy Purbawati yang turut merekam tragedi dengan karyanya masing-masing sebagai pengingat akan Tragedi Kanjuruhan ini.

Habibah, KPI 3B

Tidak ada komentar

© Dakwahpos 2024