Dakwahpos.com, Bandung – Totoh Abdul Fatah telah terbiasa memakmurkan masjid sejak masih sekolah. Baginya memakmurkan masjid adalah kegiatan menyenangkan dan dilakukan dengan Ikhlas. Hal ini adalah salah satu amanat dari guru beliau.
Totoh yang lahir dan besar di kota Bandung sempat mengeyam pendidikan di kota Bandung hingga jenjang SMA, dan dilanjutkan dengan pendidikan di salah satu pesantren di Garut. Disana ia mendalami ilmu agama dengan dibimbing oleh gurunya. Tidak hanya mengikuti pelajaran, ia juga sembari mengajar anak-anak sekolah di daerah tersebut. Selain itu, ia juga mulai dipercaya untuk memakmurkan masjid di daerah tersebut. Ketekunan dan kegigihannya ini turut menarik perhatian dari gurunya.
"Saya diberikan kepercayaan dari guru saya untuk memakmurkan masjid sambil mengajar mengaji dan membersihkan masjid tersebut. Walaipun saya masih sambil sekolah, saya sering menjadi imam di masjid tersebut. Saya juga senantiasa ikhlas melakukan ini semua dan tidak ada keberatan sama sekali," ungkap totoh.
Selama memakmurkan masjid, Totoh tidak selalu mendapatkan imbalan. Ia menjelaskan pada waktu itu ia membersihkan dan mengajar di masjid bayaran yang ia terima tidaklah besar dan terkadang tidak ada. Meski demikian, ia menerangkan bahwa hal itu tidak menyurutkan kemauannya untuk menunaikan hal tersebut. Totoh menerangkan ia mencoba untuk menjaga dan melaksanakan perintah dari gurunya.
"Saya memakmurkan masjid itu karena Amanah dari guru saya, dan saya senang mengajar. Saya hanya ingin berbagi apa yang saya bisa. Kemudian saya diminta untuk membersihkan masjid, dan menjadi imam, saya menjalankannya dengan ikhlas walaupun saya juga butuh uang. Akan tetapi, saya percaya apabila dijalankan dengan ikhlas akan terasa ringan, dan Allah itu tidak tidur," sambung Totoh.
Sikapnya yang ikhlas tersebut cukup menarik perhatian, sehingga ia dipercaya untuk menjadi ketua DKM Al-Alif sepulang dari pendidikannya. Setelah menjadi ketua DKM, hal tersebut tidak merubahnya menjadi angkuh. Bahkan, ia tetap melakukan kebiasaannya seperti dulu. Ia mengajar anak-anak mengaji dan membersihkan masjid. Bagi Totoh, masjid harus diberi perhatian lebih, dan harus dijaga sebagaimana kita menjaga pasangan. Akan tetapi, bukan berarti semuanya dapat berjalan mulus begitu saja. Tak sedikit orang yang iri bahkan mencoba untuk menjatuhkannya.
"Saya mengajar, dan membersihkan masjid bayarannya tidak seberapa. Setelah menjadi ketua DKM juga bayarannya alhamdulillah cukup walau tidak begitu besar. Itupun masih ada orang yang memprovokasi agar bayaran untuk ketua DKM dipotong, bahkan saya dituduh mengambil uang milik masjid. Padahal dari mereka sendiri tidak ada yang memperdulikan keuangan itu, ketika penghitungan mereka langsung pulang saja. Tapi yasudahlah, saya ikhlas saja agar tidak ribut," Tambahnya.
Keikhlasan dan kebaikannya selama ini tidak sia-sia. Kebaikannya selama ini diberikan balasan yang tidak disangka-sangka. Salah satu jamaah masjid membiayai Totoh untuk menjalankan ibadah umroh. Totoh tidak menyangka bisa mendapatkan kesempatan untuk menjalankan ibadah umroh. Sungguh balasan yang tidak terduga dari keikhlasannya memakmurkan masjid.
Reporter : Alwi Nurul Fachrurozy / KPI 3A
Totoh yang lahir dan besar di kota Bandung sempat mengeyam pendidikan di kota Bandung hingga jenjang SMA, dan dilanjutkan dengan pendidikan di salah satu pesantren di Garut. Disana ia mendalami ilmu agama dengan dibimbing oleh gurunya. Tidak hanya mengikuti pelajaran, ia juga sembari mengajar anak-anak sekolah di daerah tersebut. Selain itu, ia juga mulai dipercaya untuk memakmurkan masjid di daerah tersebut. Ketekunan dan kegigihannya ini turut menarik perhatian dari gurunya.
"Saya diberikan kepercayaan dari guru saya untuk memakmurkan masjid sambil mengajar mengaji dan membersihkan masjid tersebut. Walaipun saya masih sambil sekolah, saya sering menjadi imam di masjid tersebut. Saya juga senantiasa ikhlas melakukan ini semua dan tidak ada keberatan sama sekali," ungkap totoh.
Selama memakmurkan masjid, Totoh tidak selalu mendapatkan imbalan. Ia menjelaskan pada waktu itu ia membersihkan dan mengajar di masjid bayaran yang ia terima tidaklah besar dan terkadang tidak ada. Meski demikian, ia menerangkan bahwa hal itu tidak menyurutkan kemauannya untuk menunaikan hal tersebut. Totoh menerangkan ia mencoba untuk menjaga dan melaksanakan perintah dari gurunya.
"Saya memakmurkan masjid itu karena Amanah dari guru saya, dan saya senang mengajar. Saya hanya ingin berbagi apa yang saya bisa. Kemudian saya diminta untuk membersihkan masjid, dan menjadi imam, saya menjalankannya dengan ikhlas walaupun saya juga butuh uang. Akan tetapi, saya percaya apabila dijalankan dengan ikhlas akan terasa ringan, dan Allah itu tidak tidur," sambung Totoh.
Sikapnya yang ikhlas tersebut cukup menarik perhatian, sehingga ia dipercaya untuk menjadi ketua DKM Al-Alif sepulang dari pendidikannya. Setelah menjadi ketua DKM, hal tersebut tidak merubahnya menjadi angkuh. Bahkan, ia tetap melakukan kebiasaannya seperti dulu. Ia mengajar anak-anak mengaji dan membersihkan masjid. Bagi Totoh, masjid harus diberi perhatian lebih, dan harus dijaga sebagaimana kita menjaga pasangan. Akan tetapi, bukan berarti semuanya dapat berjalan mulus begitu saja. Tak sedikit orang yang iri bahkan mencoba untuk menjatuhkannya.
"Saya mengajar, dan membersihkan masjid bayarannya tidak seberapa. Setelah menjadi ketua DKM juga bayarannya alhamdulillah cukup walau tidak begitu besar. Itupun masih ada orang yang memprovokasi agar bayaran untuk ketua DKM dipotong, bahkan saya dituduh mengambil uang milik masjid. Padahal dari mereka sendiri tidak ada yang memperdulikan keuangan itu, ketika penghitungan mereka langsung pulang saja. Tapi yasudahlah, saya ikhlas saja agar tidak ribut," Tambahnya.
Keikhlasan dan kebaikannya selama ini tidak sia-sia. Kebaikannya selama ini diberikan balasan yang tidak disangka-sangka. Salah satu jamaah masjid membiayai Totoh untuk menjalankan ibadah umroh. Totoh tidak menyangka bisa mendapatkan kesempatan untuk menjalankan ibadah umroh. Sungguh balasan yang tidak terduga dari keikhlasannya memakmurkan masjid.
Reporter : Alwi Nurul Fachrurozy / KPI 3A
Tidak ada komentar
Posting Komentar