Dakwahpos.com, Bandung – Masjid Al-Hidayah bertempat di Jl.Cibiru Hilir No.36, Cibiru Wetan, Kec.Cileunyi, Kab. Bandung, Selenggarakan Salat Jum'at Berjemaah Pada hari Jum'at (10/11/23). Adapun isi khotbah yang disampaikan mengenai Rasa Kemanusiaan yang harus kita pakai dalam menanggapi Perang di Gaza.
Ustaz Husni, menyampaikan khotbah tentang bagaimana sikap kita dengan adanya perang di Gaza dihapadan jemaah Masjid Al-Hidayah. Beliau menuturkan ada banyak sekali kenikmatan yang patut kita syukuri, salah satunya kita harus bersyukur masih hidup. Disaat belahan dunia lain, orang-orang Palestina sedang di bombardir, diancam hidup dan kehidupannya. Kita masih dapat menikmati ibadah di tempat mulia bernama Masjid, di Gaza sana ribuan tempat ibadah juga di bombardir hilang di luluh lantakan.
"Tentu Kita sesama umat manusia, sesama umat muslim merasakan sedih, haru dan pilu luar biasa. Melihat sesama umat manusia, merasakan cobaan yang begitu dahsyat yang dialami puluhan tahun lamanya sejak dahulu sampai ssekarang tak henti-hentinnya, di luluh lantakan kehidupan dan hidupnya. Disamping merasakan sedih yang luar biasa, mestinya menimbulkan rasa cinta yang juga luar biasa. Cinta pada siapa? Tentu kita harus berdiri pada barisan rakyat Palestina" ujar Ustaz Husni.
Khatib juga menyampaikan beberapa alasan mengapa kita harus menumbuhkan rasa cinta serta berada di barisan atau posisi Palestina. Alasan yang pertama yakni teologis, yaitu alasan keagamaan, yang ada di Palestina bukan hanya umat muslim saja namun, tapi mayoritas mereka semua penyembah Tuhan yang sama Yakni Allah Swt. Alasan yang ke-dua yakni historis, kita sebagai warga negara indonesia mesti bersyukur, Palestina berada di bagian paling depan yang mengakui kemerdekaan bangsa Indonesia. Sebagai salah satu bentuk balas budi kita ialah dengan berdiri di barisan Palestina yang pernah mennaqdiskan kemerdekaan bangsa kita. Alasan ke-tiga yakni kemanusiaan, ada salah seorang ulama mengucapkan bahwa tidak perlu menjadi muslim untuk merasa sedih dan pilu, hanya cukup menjadi manusia untuk merasakan kesedihan itu.
"Setelah kita faham mengenai alasan mengapa kita harus mencintai Palestina, muncul sebuah pertanyaan maka kita harus bagaimana sebagai bentuk kecintaan kepada Palestina?. Rasulullah saw. bersabda " siapapun yang melihat kemungkaran di depan matanya atau di belahan dunia lain, maka ubahlah kemungkaran itu dengan tangannya. Ubahlah kemungkaran itu, lenyapkanlah kemungkaran itu jika tidak minimalisir kemungkaran itu menggunakan tangannya, kekuasaannya, menggunakan apapaun yang ia miliki dalam koridor kekuasaannya. Jika tidak mampu? Maka suarakan dukungan itu dengan lisan. Jika kita tidak lagi mampu seluruh fasilitas itu, paling tidak hati kita harus terus menggumamkan do'a, kumandangkan dalam setiap do'a kita, apapun doanya sesederhana mungkin." pungkas Ustaz Husni.
Di penghujung khutbahnya, khotib memberikan contoh bagaimana kita harus berada di barisan Palestina, dengan memberikan contoh tentang kejadian Nabi Ibrahim a.s. yang dibakar oleh besarnya api, datang seekor burung pipit membawa air di paruhnya yang meneteskan air ke perapian yang besar itu. Hadir binatang lain yaitu cicak, kemudian cicak meledek burung itu dengan ucapan bahwa tidak akan bisa padam hanya dengan tetesan air yang dibawa oleh burung pipit. Namun burung pipit berkata dengan bijak " memang saya sangat faham, saya tahu betul bahwa tetesan air yang keluar dari paruh saya tidak akan mampu memadamkan api yang membara, tapi paling tidak dengan ini saya menjelaskan posisi saya berada di sebelah mana, berada di barisan Raja Namrud atau di barisan Nabi Ibrahim a.s" tandas-Nya.
Mari kita berdo'a semoga peperangan di Gaza sana segera usai dan Palestina kembali dengan kedamaiannya . Aamiin Yaa Rabbal 'Alamiin.
Reporter, Rizki Herdiansyah (KPI 3/D)
Ustaz Husni, menyampaikan khotbah tentang bagaimana sikap kita dengan adanya perang di Gaza dihapadan jemaah Masjid Al-Hidayah. Beliau menuturkan ada banyak sekali kenikmatan yang patut kita syukuri, salah satunya kita harus bersyukur masih hidup. Disaat belahan dunia lain, orang-orang Palestina sedang di bombardir, diancam hidup dan kehidupannya. Kita masih dapat menikmati ibadah di tempat mulia bernama Masjid, di Gaza sana ribuan tempat ibadah juga di bombardir hilang di luluh lantakan.
"Tentu Kita sesama umat manusia, sesama umat muslim merasakan sedih, haru dan pilu luar biasa. Melihat sesama umat manusia, merasakan cobaan yang begitu dahsyat yang dialami puluhan tahun lamanya sejak dahulu sampai ssekarang tak henti-hentinnya, di luluh lantakan kehidupan dan hidupnya. Disamping merasakan sedih yang luar biasa, mestinya menimbulkan rasa cinta yang juga luar biasa. Cinta pada siapa? Tentu kita harus berdiri pada barisan rakyat Palestina" ujar Ustaz Husni.
Khatib juga menyampaikan beberapa alasan mengapa kita harus menumbuhkan rasa cinta serta berada di barisan atau posisi Palestina. Alasan yang pertama yakni teologis, yaitu alasan keagamaan, yang ada di Palestina bukan hanya umat muslim saja namun, tapi mayoritas mereka semua penyembah Tuhan yang sama Yakni Allah Swt. Alasan yang ke-dua yakni historis, kita sebagai warga negara indonesia mesti bersyukur, Palestina berada di bagian paling depan yang mengakui kemerdekaan bangsa Indonesia. Sebagai salah satu bentuk balas budi kita ialah dengan berdiri di barisan Palestina yang pernah mennaqdiskan kemerdekaan bangsa kita. Alasan ke-tiga yakni kemanusiaan, ada salah seorang ulama mengucapkan bahwa tidak perlu menjadi muslim untuk merasa sedih dan pilu, hanya cukup menjadi manusia untuk merasakan kesedihan itu.
"Setelah kita faham mengenai alasan mengapa kita harus mencintai Palestina, muncul sebuah pertanyaan maka kita harus bagaimana sebagai bentuk kecintaan kepada Palestina?. Rasulullah saw. bersabda " siapapun yang melihat kemungkaran di depan matanya atau di belahan dunia lain, maka ubahlah kemungkaran itu dengan tangannya. Ubahlah kemungkaran itu, lenyapkanlah kemungkaran itu jika tidak minimalisir kemungkaran itu menggunakan tangannya, kekuasaannya, menggunakan apapaun yang ia miliki dalam koridor kekuasaannya. Jika tidak mampu? Maka suarakan dukungan itu dengan lisan. Jika kita tidak lagi mampu seluruh fasilitas itu, paling tidak hati kita harus terus menggumamkan do'a, kumandangkan dalam setiap do'a kita, apapun doanya sesederhana mungkin." pungkas Ustaz Husni.
Di penghujung khutbahnya, khotib memberikan contoh bagaimana kita harus berada di barisan Palestina, dengan memberikan contoh tentang kejadian Nabi Ibrahim a.s. yang dibakar oleh besarnya api, datang seekor burung pipit membawa air di paruhnya yang meneteskan air ke perapian yang besar itu. Hadir binatang lain yaitu cicak, kemudian cicak meledek burung itu dengan ucapan bahwa tidak akan bisa padam hanya dengan tetesan air yang dibawa oleh burung pipit. Namun burung pipit berkata dengan bijak " memang saya sangat faham, saya tahu betul bahwa tetesan air yang keluar dari paruh saya tidak akan mampu memadamkan api yang membara, tapi paling tidak dengan ini saya menjelaskan posisi saya berada di sebelah mana, berada di barisan Raja Namrud atau di barisan Nabi Ibrahim a.s" tandas-Nya.
Mari kita berdo'a semoga peperangan di Gaza sana segera usai dan Palestina kembali dengan kedamaiannya . Aamiin Yaa Rabbal 'Alamiin.
Reporter, Rizki Herdiansyah (KPI 3/D)
Tidak ada komentar
Posting Komentar