Dakwahpos.com, Bandung – Masjid Jami At-Taufiq, Kelurahan Pasirbiru, Kecamatan Cibiru, Kota bandung kembali menggelar kajian pada Sabtu (28/09/2024) Guna meningkatkan pemahaman tafsir dan tasawuf yang dihadiri oleh ibu-ibu berjumlah 17 orang.
Pada pengajian kali ini tidak jauh berbeda dengan pengajian pada sabtu kemarin (21/09/2024). Pengajian ini kembali digelar setelah ashar, dimulai dengan Nadhoman – Nadhoman berisikan doa memohon pertolongan. Kemudian Ustadzah Ai memandu pembacaan Q.s Al-Baqarah terlebih dahulu beserta kaidah ilmu tajwid yang ada di ayat tersebut.
Untuk materi tafsir, ustadzah memulai dengan mendikte ayat tersebut perkata beserta terjemahannya dan diikuti oleh jamaah. Ustadzah menyampaikan bahwa agama islam benar-benar memperjuangkan kehidupan dengan adanya hukum qishas. Dengan qishas dapat menjamin kelangsungan hidup, karena memberikan efek jera kepada pelaku untuk menghindari pembunuhan.
Sedangkan hari ini, marak kasus pembunuhan yang terjadi karena tidak ada efek jera yang diterima oleh pelaku, tidak ada hukum qishas yang diberlakukan. Manusia dibekali keistimewaan dengan akal berbeda dengan hewan. Tetapi ketika nafsu yang dikedepankan, maka akal akan kalah melebihi dari hewan. Ustadzah juga menyampaikan pentingnya menuntut ilmu keagamaan bagi kanak-kanak guna menahan dari perilaku-perilaku yang tidak diharapkan.
"Upami ayeuna urang gaduh murangkalih teu dipiwarang ngaos, komo teu dipasantrenkeun. Anu di pasantrenkeun wae oge can tangtos sae, anu tiap dinten dijejelan elmu ge teu acan tangtos sae komo deui anu teh dipasantrenkeun, atuh panginten ari dipasatrenkeun mah gaduh pangrenyedna" ungkapnya.
Kemudian untuk materi tasawuf, diawali dengan membaca nadhoman sulam taufiq bersama-sama. Media yang digunakan cukup unik, jemaah ibu-ibu mempelajari kitab sulam taufiq dengan Nadhoman yang dicetak dengan menggunakan arab pegon. Ustadzah menyampaikan pembahasan mengenai Qadha, jama, dan qashar salat.
Saat pembahasan mengenai tasawuf diterangkan oleh ustadzah, suasana pengajian lebih interaktif. Respon jamaah terlihat lebih antusias dibuktikan dengan beberapa pertanyaan yang diusungkan kepada ustadzah. Setelah sesi tanya jawab selesai, pengajian ini dilanjut dengan tadarus Al-Quran secara bergiliran. Sebuah momen pembuktian bahwa di usia senja jemaah senantiasa belajar membaca Al-Quran yang benar dan baik dengan seluruh keterbatasan yang dimilikinya. Setelah itu pengajian ditutup dengan nadhoman dan diakhiri dengan mushofahah.
Reporter : Meilani Nurjanah, KPI/3C
Pada pengajian kali ini tidak jauh berbeda dengan pengajian pada sabtu kemarin (21/09/2024). Pengajian ini kembali digelar setelah ashar, dimulai dengan Nadhoman – Nadhoman berisikan doa memohon pertolongan. Kemudian Ustadzah Ai memandu pembacaan Q.s Al-Baqarah terlebih dahulu beserta kaidah ilmu tajwid yang ada di ayat tersebut.
Untuk materi tafsir, ustadzah memulai dengan mendikte ayat tersebut perkata beserta terjemahannya dan diikuti oleh jamaah. Ustadzah menyampaikan bahwa agama islam benar-benar memperjuangkan kehidupan dengan adanya hukum qishas. Dengan qishas dapat menjamin kelangsungan hidup, karena memberikan efek jera kepada pelaku untuk menghindari pembunuhan.
Sedangkan hari ini, marak kasus pembunuhan yang terjadi karena tidak ada efek jera yang diterima oleh pelaku, tidak ada hukum qishas yang diberlakukan. Manusia dibekali keistimewaan dengan akal berbeda dengan hewan. Tetapi ketika nafsu yang dikedepankan, maka akal akan kalah melebihi dari hewan. Ustadzah juga menyampaikan pentingnya menuntut ilmu keagamaan bagi kanak-kanak guna menahan dari perilaku-perilaku yang tidak diharapkan.
"Upami ayeuna urang gaduh murangkalih teu dipiwarang ngaos, komo teu dipasantrenkeun. Anu di pasantrenkeun wae oge can tangtos sae, anu tiap dinten dijejelan elmu ge teu acan tangtos sae komo deui anu teh dipasantrenkeun, atuh panginten ari dipasatrenkeun mah gaduh pangrenyedna" ungkapnya.
Kemudian untuk materi tasawuf, diawali dengan membaca nadhoman sulam taufiq bersama-sama. Media yang digunakan cukup unik, jemaah ibu-ibu mempelajari kitab sulam taufiq dengan Nadhoman yang dicetak dengan menggunakan arab pegon. Ustadzah menyampaikan pembahasan mengenai Qadha, jama, dan qashar salat.
Saat pembahasan mengenai tasawuf diterangkan oleh ustadzah, suasana pengajian lebih interaktif. Respon jamaah terlihat lebih antusias dibuktikan dengan beberapa pertanyaan yang diusungkan kepada ustadzah. Setelah sesi tanya jawab selesai, pengajian ini dilanjut dengan tadarus Al-Quran secara bergiliran. Sebuah momen pembuktian bahwa di usia senja jemaah senantiasa belajar membaca Al-Quran yang benar dan baik dengan seluruh keterbatasan yang dimilikinya. Setelah itu pengajian ditutup dengan nadhoman dan diakhiri dengan mushofahah.
Reporter : Meilani Nurjanah, KPI/3C
Tidak ada komentar
Posting Komentar